Senin 07 May 2018 16:36 WIB

10 Tahun Kerja Sama dengan Australia Kelola Risiko Bancana

Kerja sama itu untuk mengembangkan kapasitas Indonesia dalam menanggulangi bencana

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Esthi Maharani
Australian Embassy is calling for applications for the 2013 Australia-Indonesia Muslim Exchange Program (MEP). This program aims to build strong links between Muslim communities in Australia and Indonesia. (illustration)
Foto: crossed-flag-pins.com
Australian Embassy is calling for applications for the 2013 Australia-Indonesia Muslim Exchange Program (MEP). This program aims to build strong links between Muslim communities in Australia and Indonesia. (illustration)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kerja sama Australia dengan Indonesia untuk meningkatkan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung pengambilan keputusan dalam tata kelola risiko bencana memasuki tahun ke-10. Panjangnya perjalanan kerja sama ini dirayakan dalam konferensi yang berlangsung selama dua hari di Jakarta mulai hari ini, Senin (7/5).

Kuasa Usaha Kedutaan Besar Australia, Allaster Cox, mengatakan kemitraan satu dekade ini telah membantu mengurangi risiko dan dampak dari gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, dan bencana lain di negara yang secara reguler menghadapi tantangan bencana alam.

"Kemitraan Australia dengan Indonesia telah berfokus untuk memastikan pihak berwenang memiliki informasi yang mereka butuhkan dalam mempersiapkan dan mengelola risiko bencana, bertujuan untuk menyelamatkan jiwa," tutur Cox dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Senin (7/5).

Pakar Australia termasuk ilmuwan dari Geoscience Australia telah bekerja bersama lembaga manajemen teknis dan penanggulangan bencana Indonesia, universitas, LSM, dan sektor swasta. Tujuannya, untuk mengembangkan kapasitas Indonesia dalam menanggulangi bencana dan melembagakan praktik terbaik.

Deputi Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Indonesia, B. Wisnu Widjaja, mengatakan, kolaborasi 10 tahun di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengelolaan risiko bencana memberi manfaat luas. "Tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga komunitas internasional," ucapnya.

Kemitraan ini telah membantu mengembangkan solusi praktis. Salah satu di antaranya InaSAFE, yakni alat penilaian dampak bencana yang menyajikan data terkini pada gempa bumi, gunung berapi dan banjir. Alat ini juga memberikan kemampuan untuk mengambil keputusan yang menyelamatkan jiwa berdasarkan hasil penelitian.

Solusi lain yang tercipta pasca kemitraan adalah Peta Bahaya Tsunami Nasional. Solusi ini mendukung investasi jutaan dolar dalam kegiatan mitigasi tsunami. Metode ini memberikan keputusan di sekitar lokasi dan desain infrastruktur penting termasuk bandara, pembangkit listrik, dan pelabuhan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement