Senin 07 May 2018 03:20 WIB

Peran Koperasi Perlu Diperkuat dalam Tata Laksana Peternakan

Sudah selayaknya koperasi menjadi wadah utama untuk pemberdayaan para peternak

Pekerja membersihkan kandang sapi perah di Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak Cikole, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (18/9).
Foto: Antara/M Agung Rajasa
Pekerja membersihkan kandang sapi perah di Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak Cikole, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (18/9).

REPUBLIKA.CO.ID, SALATIGA, JAWA TENGAH -- Pengetahuan peternak sapi perah lokal atas tata kelola dan tata laksana peternakan yang baik (Good Dairy Framing Practice-GDFP) perlu dukungan dari berbagai pihak terkait. Diantaranya dari ahli peternakan dan koperasi daerah setempat yang menjadi wadah bagi peternak.

"Memang benar masih banyak tantangan yang harus dihadapi para peternak sapi perah Indonesia. Namun saya yakin setiap tantangan ini bisa tertangani dengan cepat bila setiap pemangku kepentingan di Indonesia mampu bersinergi dengan baik," ujar  Dosen Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Institut Peternakan Bogor, Dr. Epi Taufik, S.Pt, MVPH, M.Si, PhD dalam kegiatan "Ngariung Cerdas Bareng Peternak Salatiga" yang diselenggarakan Frisian Flag Indonesia (FFI).

Epi mengatakan, Kementerian Pertanian telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.26/Permentan/PK.450/7/2017 tentang Penyediaan dan Peredaran Susu yang menggarisbawahi upaya pemenuhan kebutuhan susu nasional. Diantaranya melalui sinergi para seluruh pemangku kepentingan di industri persusuan.

Peraturan tersebut mendorong adanya peningkatan produktivitas peternak melalui pendampingan di lokasi budidaya, yang selain dilakukan oleh Kementerian Pertanian, juga dapat dilakukan oleh perguruan tinggi, koperasi, serta pelaku usaha.

Pihak koperasi peternakan yang selama ini menjadi pihak perangkul para peternak, yang menampung serta mengevaluasi susu hasil ternak secara adil dan berimbang perlu diperkuat.

"Sudah selayaknya koperasi menjadi wadah utama untuk pemberdayaan para peternak, tentunya dengan bantuan dan dukungan dari pihak lainnya, khususnya pelaku usaha," ujar Epi.

Pelaksanaan sinergi yang kuat diharapkan dapat mengatasi berbagai tantangan yang masih harus dihadapi peternakan sapi perah lokal untuk bertumbuh.

"Kami sebagai bagian dari akademisi pun bersedia membantu untuk melakukan pelatihan dan pendampingan untuk para peternak demi perbaikan manajemen pemeliharaan dan kesehatan hewan, tentunya bisa melalui kerja sama baik dengan pelaku usaha seperti yang dilakukan FFI saat ini, dengan pemerintah, maupun dengan pihak koperasi peternakan daerah," ujar Epi. 

Corporate Affairs Director FFI Andrew F. Saputro mengatakan, FFI telah lama menjalankan Dairy Development Program (DDP) sebagai bagian upaya memberdayakan para peternak sapi perah lokal. Acara diskusi yang kali ini digelar di Jawa Tengah setelah sebelumnya juga digelar di Jawa Barat dan Jawa Timur, menjadi salah satu komitmen dalam membantu para peternak sapi perah lokal untuk berkembang.

"Kami melihat bahwa tantangan terbesar yang dihadapi industri peternakan sapi perah di Indonesia adalah minimnya pengetahuan para peternak mengenai GDFP sehingga mereka masih menjalankan pola peternakan tradisional yang tidak mampu menghasilkan hasil susu dengan produktivitas dan kualitas tinggi," ujar Andrew dalam keterangan tertulis, Ahad (6/5).

Karena itulah melalui payung Dairy Development Program, FFI melaksanakan kegiatan Ngariung Cerdas Bareng Peternak Salatiga sebagai salah satu kontribusi kami sebagai pelaku industri untuk industri persusuan di Indonesia.

Dalam acara tersebut juga menghadirkan ahli peternakan dan dokter hewan dari Koperasi Unit Desa (KUD) Wahyu Agung, Salatiga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement