Sabtu 05 May 2018 07:46 WIB

Cawapres Jokowi dan Peluang AHY

Cawapres harus memiliki prestasi dan kerja nyata untuk rakyat.

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanudin Muhtadi sedang menjelaskan hasil survei yang dilakukan indikator tentang dinamika elektoral jelang pilpres dan pileg serentak 2019, di Jakarta, Kamis (3/5).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanudin Muhtadi sedang menjelaskan hasil survei yang dilakukan indikator tentang dinamika elektoral jelang pilpres dan pileg serentak 2019, di Jakarta, Kamis (3/5).

REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Febrianto Adi Saputro

JAKARTA — Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dijadwalkan akan menemui Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto pekan ini. Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menuturkan, tidak ada pembahasan soal calon wakil presiden (cawapres) yang akan mendampingi Presiden Joko Widodo di Pemilu 2019 nanti.

"Kalau cawapres nantilah belum," tutur Hasto saat dijumpai di kawasan Tebet, Jakarta, Jumat (4/5).

Hasto menambahkan, pertemuan dua pimpinan partai besar itu hanya akan membahas terkait dengan pilkada serentak dan beberapa kerja sama antara PDIP dan Golkar, serta membahas berbagai persoalan aktual. "Karena, apa pun Golkar itu juga didirikan dengan semangat Bung Karno untuk memperkuat kekaryaan bagi para politisi saat itu yang sukanya hanya berantem," ujarnya.

Selain mengagendakan pertemuan pucuk pimpinan PDIP dan Golkar, Hasto juga menuturkan, akan digelar pertemuan sekretaris jenderal partai pendukung Presiden Joko Widodo. Pertemuan antarsekjen partai pendukung Jokowi dijadwalkan berlangsung pada Senin pekan depan. Tidak diketahui di mana pertemuan tersebut akan digelar, tetapi Hasto menyatakan tidak ada pembicaraan terkait calon wakil presiden dalam pertemuan tersebut.

"Membahas wakil presiden itu bukan sembarangan, tapi melalui perenungan dan kontemplasi sehingga yang tertangkap itu adalah hati nurani yang jernih untuk melihat mana yang diharapkan rakyat sebagai pemimpin," kata Hasto menegaskan.

Terkait banyaknya nama yang muncul sebagai cawapres Jokowi, Hasto menilai hal tersebut merupakan hal yang positif. Menurutnya, banyaknya cawapres membuat masyarakat memiliki banyak alternatif dan pilihan terkait nama-nama tersebut. Hasto menjelaskan, bagi PDI Perjuangan, pemimpin harus turun ke bawah dan bukan hasil dari lobi-lobi.

Hasto kembali menegaskan bahwa pertemuan dengan para sekjen partai pendukung Jokowi tidak dalam rangka menyatukan suara calon wakil presiden untuk Jokowi. "Kita sudah satu, tidak usah disatukan, dan Pak Jokowi sudah menyatukan," ucapnya.

Hasto menambahkan, hasil survei yang menunjukkan nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai cawapres terkuat Jokowi tidak cukup untuk memutuskan AHY akan dipinang Jokowi. Dia menuturkan, untuk menjadi pendamping Jokowi sebagai pemimpin negara, dibutuhkan sosok yang sudah menunjukkan kerja nyata bagi masyarakat. Bukan melalui "goreng-menggoreng" maupun survei.

"Untuk menjadi pemimpin itu tidak bisa melalui goreng-menggoreng, melalui survei, tapi melalui kerja di tengah rakyat. Harus jelas apa yang sudah dilakukan buat rakyat, apa kinerjanya, prestasinya," ujar Hasto. Namun, Hasto enggan menyebut apakah sepak terjang AHY selama ini masuk dalam kategori cawapres Jokowi.

Ketua Dewan Pertimbangan Partai Demokrat Amir Syamsuddin mengatakan, partainya masih berpikir untuk mengusung capres dari kader sendiri, yaitu Agus Harimurti Yudhoyono. "Demokrat tetap pada posisinya saat ini. Bahwa kami yakin akan ada ada faktor game changer yang bisa mengubah peta. Dan, mungkin saja ada calon alternatif atau poros ketiga mengapa tidak," kata Amir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement