REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil ketua bidang Pratama DPP Partai Golkar Bambang Soesatyo mengatakan partainya konsisten untuk menyerahkan pilihan calon wakil presiden (cawapres) kepada calon presiden (capres) yang mereka usung, yaitu Joko Widodo (Jokowi). Ketua DPR RI itu mengatakan Golkar percaya Jokowi dapat mencari kandidat yang sesuai dengan kriterianya.
“Kami komitmen membiarkan Jokowi yang memilih. Beliaulah yang paling tahu siapa yang bisa membantu melanjutkan pekerjaan lima tahun lalu ke lima tahun ke depan," kata Bambang usai mendengar paparan hasil survei Indikator Politik di Cikini Jakarta Pusat, Rabu (3/5).
Pria yang kerap disapa Bamsoet ini mengatakan keputusan Golkar melihat dan mencontoh kepada kebijakan Presiden RI ke enam Susilo Bambang Yudhoyono pada pemilihan presiden (pilpres) 2004 dan 2009. Saat pertama kali mencalonkan diri, SBY menggaet Jusuf Kalla untuk meningkatkan elektabilitas.
Pada 2004, Bamsoet mengatakan, elektabilitas SBY dan Megawati Soekarno Putri berbeda tipis. Dengan menggaet JK, dia mengatakan, keterpilihan SBY meningkat
Namun, strategi serupa tidak diterapkan pada pilpres 2009 ketika SBY memilih Boediono sebagai cawapres.
Dia mengatakan SBY memilih Boediono menjadi cawapres bukan lagi untuk mendongkrak elektabilitas, tetapi untuk kenyamanan bekerja. Dia menambahkan elektabilitas SBY dan Demokrat sudah tinggi pada Pemilu 2009.
Sekarang, Bambang berpendapat, Jokowi memadukan keduanya, yaitu memilih cawapres yang dapat meningkatkan elektabilitas dan nyaman diajak bekerja sama. Kriteria lain yang juga penting sebagai pendamping Jokowi, yakni disetujui oleh para ketua partai pengusung.
Hasil survei Indikator Politik Indonesia menyatakan Ketua Komando Tugas Bersama Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi kandidat yang mendapat dukungan paling banyak sebagai cawapres Jokowi. AHY mengungguli 10 nama lainnya dengan angka dukungan 22,4 persen.
Sepuluh nama lainnya, yaitu Menteri Keuangan Sri Mulyani, mantan ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, dan pengusaha Chairul Tanjung. Mantan ketua Badan Narkotika Nasional (BNN) Budi Gunawan, Menteri Koordinator bidang Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, tokoh Muhammadiyah Dien Syamsuddin, Kepala Kantor Staf Kepresidenan Moeldoko, Ketua Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie.
Sri Mulyani berada di posisi kedua dengan 10,5 persen, diikuti Mahfud 8,4 persen dan Tito dengan 5,7 persen. Nama Muhaimin ada di bawah Mahfud dan Tito dengan tingkat keterpilihan empat persen.
Puan yang diprioritaskan mendampingi Jokowi oleh PDIP hanya berada di posisi enam dengan dukungan sebesar 2,4 persen. Keterpilihan Puan masih kalah dari Chairul (3,5 persen) dan Budi (2,8 persen). Nama lainnya, yakni Dien 1,8 persen, Moeldoko 1,5 persen, dan Jimly 0,2 persen.