REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (Susanto) mengimbau kepada semua orang tua, masyarakat dan sekolah agar memastikan anak terpantau dengan baik. Hal ini terkait penculikan bayi di Depok, Jawa Barat beberapa saat lalu.
Susanto mengatakan, motif penculikan bayi sangat beragam. Sedikitnya, menurut dia, ada lima motif seseorang melakukan penculikan pada anak, termasuk di antaranya motif coba-coba karena melihat anak tanpa pengawasan orang tua dan akhirnya terpikir untuk menculik anak tersebut.
"Modus seperti ini ada sejumlah kasus. Kepentingannya untuk mendapatkan imbalan uang," kata Susanto, dalam keterangan tertulis, Selasa (1/5).
Kedua, tambah Susanto, motif perdagangan manusia berjejaring. Seseorang menculik anak untuk dijual melalui jaringan yang sudah rapi dan sistematis. Kasus demikian banyak dan tak mudah membongkarnya karena sudah menjadi sindikat.
Ketiga, motif memiliki anak. Susanto menilai, pasangan yang kesulitan memiliki anak bisa jadi membuat mereka tidak berpikir panjang. Gagalnya pasangan memiliki anak membuat nekat melakukan penculikan. Namun, kata Susanto, kasus seperti ini relatif sedikit.
Keempat, dilatarbelakangi karena dendam. Adanya persoalan pribadi antara orang tua anak dengan pelaku, tidak sedikit menjadi pemicu melakukan kejahatan penculikan. Sedangkan yang kelima, motif untuk dijadikan objek seksual. Biasanya usia korban bukan balita. Rata-rata korban penculikan motif ini di bawah 16 tahun.
"Melihat motifnya beragam, kami mengimbau kepada semua orangtua, masyarakat dan sekolah agar memastikan anak terpantau dengan baik. Jangan berikan celah dan potensi orang lain melakukan penculikan terhadap anak," lanjut dia.