REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Argo Yuwono, membantah dua anak korban tewas yang ditemukan di sekitar Monas pada Sabtu (28/4) lalu akibat mengantre sembako. Argo pun menyebut salah satu korban yakni MR memiliki keterbelakangan mental.
"Setelah kita tanya dokter yang jaga, yang bersangkutan kekurangan cairan atau dehidrasi dan suhu badan tinggi. Menurut keterangan orang tua korban, korban ada riwayat keterbelakangan mental," papar Argo saat ditemui di Mapolda Metro Jaya, Selasa (1/5).
Pihaknya membantah bahwa kedua anak tersebut tewas akibat mengantre sembako. Petugas kepolisian di sekitar Monas menyebut korban MJ (13) tergeletak di sekitaran Monas, lalu dibawa ke RS Tarakan masih dalam keadaan hidup. Namun naas beberapa menit kemudian MJ dinyatakan meninggal.
Kemudian, untuk korban tewas lainnya MR (12), juga dinyatakan meninggal pada Ahad (29/4) setelah sehari sebelumnya dibawa ke RS Tarakan. "Setelah dicek kita dapatkan anak ini meninggal pada hari Minggu pukul 05.00 WIB," jelas Argo.
Mendapati korban tewas tersebut, dia menyatakan dengan tegas bahwa kedua korban tewas bukanlah peserta antre sembako. Kemudian, kepolisian juga belum mau membeberkan bagaimana langkah selanjutnya terkait kejadian tersebut.
Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menyebutkan kedua bocah berinisial MJ dan AR meninggal dunia karena ikut dalam antrean bagi-bagi sembako yang digelar oleh Forum Untukmu Indonesia pada Sabtu (28/4) lalu. Sandiaga merasa prihatin atas hilangnya dua anak korban tewas warga Pademangan, Jakarta Utara itu. Pihak Pemprov DKI Jakarta juga akan menginvestigasi penyebab sesungguhnya atas kematian dua anak yang disebut-sebut dehidrasi dalam antrean sembako di acara Untukmu Indonesia.