REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kericuhan yang memakan korban jiwa dalam acara 'Untukmu Indonesia' pada Sabtu (28/4) lalu menjadi evaluasi penggunaan Monas. Namun, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno memastikan tak akan ada penutupan penggunaan Monas untuk sebuah acara.
Menurutnya, yang perlu dievaluasi adalah panitia penyelenggara. Dalam acara 'Untukmu Indonesia' itu, panitia menjalankan acara tidak sesuai dengan izin yang diberikan. Mereka berkukuh membagikan sembako meski sebelumnya dilarang Pemprov DKI.
"Selama ini alhamdulillah lancar semuanya. Kita pakai juga untuk upacara Satpol PP, kita pakai untuk acara penyelenggaraan maulid-maulid tidak ada masalah," kata dia di Balai Kota, Senin (28/4) malam.
Sandi mengaku sudah banyak antre proposal pengajuan penggunaan Monas untuk kegiatan keagamaan di bulan Ramadhan. Ia memastikan akan tetap membuka Monas untuk kegiatan-kegiatan positif. Namun, dia menyayangkan acara bagi-bagi sembako beberapa hari lalu itu.
Politikus Gerindra ini menyebut izin dari pelaksanaan acara 'Untukmu Indonesia' adalah festival seni dan budaya. Sementara pembagian sembako tak ada dalam proposal yang diajukan. Tapi, acara pembagian sembako itu diketahui seminggu sebelum acara lantaran adanya kupon yang beredar di masyarakat.
"Lalu diperingatkan untuk tidak dilakukan, tetap dipaksakan (panitia) untuk dilakukan," ujar Sandiaga.
Akibatnya, ada dua korban meninggal dalam acara ini. Korban meninggal tersebut adalah warga Pademangan, Jakarta Barat dan keduanya masih berusia anak-anak. Satu korban bernama Mahesha Junaedi dan satunya bernama Rizki.
Masing-masing mereka berusia 12 tahun dan 10 tahun. Rizki bersama Mahesha harus kehilangan nyawa karena berdesak-desakan. Sandi menyebut saat ini ada investigasi lanjutan berkaitan dengan penyebab pasti dari kematian kedua korban.
"Kami sekarang sedang berkoordinasi dengan panitia untuk tindak lanjutnya dan bagaimana langkah tanggung jawab dari panitia atas kejadian yang telah terjadi. Sangat kita sayangkan," ujar dia.