Senin 30 Apr 2018 06:39 WIB

Generasi Muda Diminta Peduli Pertanian

Indonesia tengah menghadapi krisis regenerasi petani

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Petani
Petani

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar bincang-bincang bertajuk 'Wajah Pertanian untuk Generasi Masa Depan'. Kegiatan itu merupakan rangkaian Pagelaran Kanem Tanivolusi milik Prodi Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian.

Kegiatan dihadiri Duta Persahabatan Jepang-ASEAN Bidang Pangan dan Pertanian, Melody JKT 48, Founder Indonesia Berkebun, Sigit Kusumawijaya, Penggerak Desa Wisata Hijau Putton, Soraya Isfandiari dan Founder Platform Crowde, Yohanes Sugihtononugroho.

Dalam paparannya, penyanyi bernama asli Melody Nurramadhani L atau yang lebih akrab disapa Melody JKT 48 menilai, generasi muda sebagai penerus bangsa harus berperan penting dalam menjaga keberlangsungan pertanian di Indonesia. Terlebih, potensi yang ada begitu besar.

Ia merasa, Indonesia memiliki potensi di bidang pertanian yang tidak kalah dibandingkan dengan negara lain. Untuk itu, ia mengajak para pemuda untuk berjuang dan melestarikan dunia pertanian di Indonesia, guna mewujudkan kedaulatan pangan nasional.

"Jangan takut untuk berkecimpung di pertanian karena tugas generasi muda harus berperan dalam melestarikan pertanian nasional, jadi pemuda diharapkan dapat berperan aktif memajukan pertanian Indonesia," kata Melody di Fakultas Pertanian UGM, Ahad (29/4).

Sementara, Founder Indonesia Berkebun, Sigit Kusumawijaya mengatakan, saat ini Indonesia tengah menghadapi krisis regenerasi petani. Minat generasi muda untuk terjuk ke sektor pertanian dirasa semakin menurun dari waktu ke waktu.

"Tidak sedikit negara yang mengalami krisis pangan, sekarang Indonesia masih baik-baik saja, tapi lahan pertanian terus berkurang dan generasi mudanya tidak mau jadi petani," ujar Sigit.

Oleh sebab itu, usaha membangun kepedulian dan minat masyarakat terutama generasi muda di bidang pertanian sangat penting, dan perlu menjadi perhatian bersama. Imbauan senada turut disebutkan Penggerak Desa Wisata Hijau Puton, Soraya Isfandiari.

Selama ini, petani dirasa selalu diidentikan dengan desa, sedangkan masyarakat desa tidak selalu memiliki semangat untuk bertani. Walau memiliki aset berupa lahan pertanian yang luas, kreativitas meggarap lahan dengan baik belum dilakukan secara optimal.

Persoalan pemanfaatan teknologi untuk memajukan dunia pertanian turut disampaikan Founder Platform Crowde, Yohanes Sugihtononugroho. Padahal, ia merasa, masyarakat petani saat ini sudah melek teknologi dan memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sayangnya, Yohanes berpendapat, dalam pelaksanaannya petani-petani Indonesia justru belum diimplementasikan untuk meningkatkan hasil pertanian. Karenanya, itu dirasa jadi tantangan tersendiri bagi Indonesia yang memiliki julukan negara agraris.

"Tantangannya adalah mendorong petani untuk memanfaatkan teknologi yang sudah biasa mereka pakai untuk menaikkan produktivitas pertaniannya," kata Yohanes.

Bincang-bincang ini sendiri menjadi kelanjutan dari berbagai kegiatan Pagelaran Kanen Tanivolusi seperti expo produk pertanian, pameran foto dan poster pertanian. Ada pula lomba vlog, fotografi, poster dan penyiaran yang diikuti tidak kurang 100 peserta dari seluruh Indonesia.

Sedangkan, Pagelaran Kanem merupakan kegiatan rutin yang diadakan setiap dua tahun sekali yang bertujuan sebagai sarana mempromosikan dan memperkenalkan Prodi Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian ke masyarakat luas. Khususnya, kepada para pelajar tingkat SMA yang rutin mengikuti kegiatan tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement