Ahad 29 Apr 2018 13:45 WIB

Polisi Tawarkan Terapi Trauma Korban Perampokan Grab

Korban mengalami trauma berat.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Ani Nursalikah
Taksi Online Ilustrasi
Foto: Republika/Yasin Habibi
Taksi Online Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Korban perampokan di taksi daring Grab Car, SS (24 tahun) masih mengalami trauma. Polisi pun belum bisa sepenuhnya memeriksa SS terkait kasus perampokan sekaligus penyekapan bermodus sopir taksi daring tersebut.

"Korban masih trauma. Trauma berat," kata Kasat Reskrim Polres Metro Jakarra Barat AKBP Edi Suranta Sitepu saat dihubungi, Ahad (29/4).

Dia menyampaikan, polisi pun telah menawarkan agar korban bisa menjalani trauma healing. Pendampingan psikologi itu diberikan agar trauma yang dialami SS bisa hilang.

"Sudah kita tawarkan (trauma healing). Nanti ada pendampingan psikologi," kata dia.

Edi juga menyampaikan, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi pun sudah mendatangi Polres Metro Jakarta Barat untuk meninjau langsung kasus perampokan yang dialami penumpang Grab Car, Sabtu (28/4). Selain pemerintah, kata dia sejumlah LSM pun turut melakukan pemantauan untuk mengetahui soal perkembangan kondisi San San yang menjadi korban perampokan.

"Menhub, Komnas perempuan sama LBH Apik, melakukan pendampingan terhadap korban," katanya.

Polisi telah menangkap tiga perampok yang menyekap SS. Mereka adalah LI, AP (23) dan SN (23). Polisi pun terpaksa menembak mati LI lantaran dianggap melakukan perlawanan saat hendak dibekuk.

Aksi perampokan ini berawal ketika SS menumpang taksi online Grab di kawasan Bukit Duri Selatan, Tambora, Jakbar pada Senin (23/4) pagi. Saat di tengah perjalanan menuju lokasi yang dituju, SS yang duduk di bagian tengah, tiba-tiba langsung disekap dua tersangka yang bersembunyi di kursi belakang. Sempat ada upaya pemerkosaan terhadap SS, namun pelaku mengurungkan niatnya karena ia sedang haid.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement