Sabtu 28 Apr 2018 07:30 WIB

PA 212 dan Pertemuan 'Gentle' Jokowi-PKS

PKS enggan membenarkan pertemuan dengan Jokowi.

Ilustrasi Mencari Pemimpin Umat
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Ilustrasi Mencari Pemimpin Umat

REPUBLIKA.CO.ID  Oleh: Mabruroh, Debbie Sutrisno

Persaudaraan Alumni (PA) 212, Slamet Ma'arif, meminta pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan elite Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebaiknya dilakukan secara terbuka. Hal ini untuk mengurangi kecurigaan masyarakat terhadap isi pertemuan tersebut.

Apalagi, kata dia, pertemuan ini dilakukan Jokowi menjelang pemilihan presiden (pilpres). Akan banyak pandangan masyarakat terkait pertemuan tersebut.

Pertemuan tersebut mencuat ke publik setelah Jokowi mengakui ada pertemuan tersebut dalam sebuah acara di salah satu program stasiun televisi swasta. “Dengan PKS pun secara tertutup kita juga bertemu,” ujar Jokowi, Rabu (25/4).

Menurut Slamet, jika pertemuan tersebut menyangkut soal pilpres baiknya Jokowi bertarung secara gentle, bukan justru melakukan pertemuan sembunyi-sembunyi itu. Kendati, sebagai pemimpin negara Jokowi berhak bertemu dengan siapa saja.

"Iya setuju (tidak perlu ditutup-tutupi), biar bertarung secara //gentle// dalam pilpres," ujar Slamet melalui pesan tertulis, Jumat.

Prinsipnya, kata dia, semua orang boleh bersilaturrahim dengan siapapun termasuk partai-partai. Begitupun dengan Jokowi, tidak ada larangan baginya untuk bertemu dengan elite PKS.

Namun, menyinggung soal pertemuan tersebut, Slamet mengaku yakin bahwa pertemuan tertutup Jokowi-PKS tidak akan melonggarkan koalisi Gerindra, PAN, dan PKS. Slamet tetap optimistis, ketiga partai tersebut akan berkoalisi kuat sampai Pilpres 2019 nanti.

"Tapi, kami PA 212 yakin koalisi Gerindra, PAN, dan PKS akan terwujud dalam pilpres nanti. Insya Allah 2019 Ganti Presiden," kata dia.

Wakil Sekretaris PKS Abdul Hakim enggan mengamini perihal pertemuan tertutup tersebut. Namun, pertemuan tersebut berawal dari celetukan Jokowi.

“Saya tidak memiliki info yang memadai tentang pertemuaan tertutup tersebut,” ujar Abdul Hakim saat dikonfirmasi, Kamis (26/4) malam.

Menurut Sekretaris Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Yandri Susanto, pertemuan-pertemuan dengan Presiden menjelang pilpres merupakan hal yang lumrah. Baik pertemuan tersebut dilakukan terang-terangan ataupun secara tertutup seperti yang dilakukan Jokowi dan PKS.

“Kalau zaman sekarang pertemuan terbuka atau tertutup (itu) hal biasa,” ungkapnya.

Apalagi, kata Yandri, saat ini masing-masing partai sedang giat-giatnya menyiapkan mesin politik menyambut Pilpres 2019. “(Sekarang ini) sedang giat-giatnya lobi-lobi, tapi hasilnya baru kelihatan diawal atau akhir Juli atau awal Agustus,” kata Yandri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement