Selasa 24 Apr 2018 22:41 WIB

Fiji Ingin Belajar Pengelolaan Hutan dari Indonesia

Fiji tertarik untuk membudidayakan bambu.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Agus Yulianto
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya saat menjadi pembicara kunci pada pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi Hutan Hujan Asia Pasifik (Asia Pacific Rainforest Summit - KTT APRS ) ke-3, di Yogyakarta,  Senin (23/4).
Foto: Dok Humas KLHK.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya saat menjadi pembicara kunci pada pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi Hutan Hujan Asia Pasifik (Asia Pacific Rainforest Summit - KTT APRS ) ke-3, di Yogyakarta, Senin (23/4).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Fiji tertarik belajar pengelolaan hutan dari Indonesia. Hal ini tak terlepas dari capaian Indonesia dalam membangun kelestarian alam dan usaha dalam bidang kehutanan.

 

Fiji menjadi negara kedua setelah sebelumnya Kongo menyatakan minatnya untuk belajar mengelola lahan gambut yang berkelanjutan. Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan, Indonesia akan memberi bimbingan teknis mengenai rehabilitasi lahan. 

 

Dikatakan Siti, Kedutaan Fiji pernah mengindikasikan permintaan bantuan teknik rehabilitasi lahan untuk mencegah bencana longsor. Ia pun memahami bahwa sebagai negara kepulauan layaknya Indonesia, Fiji juga rentan akan bencana.

 

"Saya percaya bahwa tidak mudah bagi Fiji mengelola sumber daya alam untuk melindungi hutan untuk mencegah bencana," katanya dalam pertemuan bilateral antara Indonesia dan Fiji berlangsung di sela kegiatan Asia-Pacific Rainforest Summit (APRS) ketiga di Yogyakarta (24/4), yang melanjutkan hubungan diplomatik sejak tahun 1974. 

 

 

Bersama Menteri Perikanan dan Kehutanan, Republik Fiji HE Osea Naiqamu, Siti menandatangani Mutual of Understanding (MoU) Kerja sama Bidang Kehutanan. Inisiasi kerja sama ini telah dimulai sejak dua tahun yang lalu dan secara resmi terwujud pada hari ini.

 

Adapun kerja sama bidang kehutanan ini akan membuat Indonesia lebih banyak membagi pengelolaan hutan lestari serta pemanfaatan hasil hutan termasuk pemanfaatan teknologi kayu dan non kayu, perdagangan kayu legal, pengembangan energi biomassa serta penelitian dan pengembangan bidang kehutanan. 

 

Implementasi dari MoU tersebut antara lain adalah upaya peningkatan kemampuan sumber daya manusia seperti pengembangan ketrampilan mengukir dengan memanfaatkan limbah kayu. Pelatihan mengukir kayu tersebut rencananya akan mengundang ahli ukir yang berasal dari desa Cekik, Bali.

 

Fiji tertarik untuk membudidayakan bambu di sana. Namun, mereka mengharapkan, Indonesia dapat memberikan contoh bambu dengan genetik yang baik. Siti menambahkan, KLHK telah melakukan penelitian terhadap jenis bambu yang cocok ditanam di kepulauan Fiji dan jenis tersebut terdapat di Yogyakarta.

 

HE Osea Naiqamu menyampaikan, rasa terima kasih dan apresiasinya kepada Siti atas kerjasama tersebut. Ia berharap, selain kerja sama ini, Fiji dan Indonesia dapat mengimplementasikan kerja sama lainnya pada masa mendatang.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement