Senin 23 Apr 2018 19:34 WIB

Perilaku LGBT Pemicu HIV Tertinggi di Sumbar

Penderita AIDS tertinggi ada pada rentang usia 20 sampai 29 tahun.

LGBT (ilustrasi)
Foto: republika
LGBT (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Perhimpunan Konselor VCT dan HIV AIDS Indonesia di Sumatra Barat dalam penelitiannya menemukan perilaku lesbian, gay, biseksual, transgender (LGBT) khususnya hubungan seksual antara sesama laki-laki menjadi pemicu HIV tertinggi di Sumbar.

"Berdasarkan data yang dihimpun dari Kementerian Kesehatan terdapat 10.376 kasus HIV baru pada periode Januari sampai Maret 2018 dengan persentasi lelaki suka lelaki sebesar 28 persen," kata konselor Perhimpunan Konselor VCT dan HIV AIDS Indonesia, Sumbar Khaterina Welong di Padang, Senin (23/4).

Ia menyampaikan hal itu pada diskusi kelompok terarah yang dihadiri Gubernur Sumbar Irwan Prayitno, Ketua Majelis Ulama Sumbar Gusrizal Gazahar dan pemangku kepentingan terkait. Menurutnya, jika dilihat dari kelompok umur maka penderita AIDS tertinggi ada pada rentang usia 20 sampai 29 tahun sebanyak 29,3 persen.

"Artinya yang terinfeksi HIV adalah mereka yang melakukan perbuatan berisiko 10 tahun sebelumnya atau pada usia 10 tahun hingga 19 tahun," katanya.

Ia memperkirakan saat ini jumlah lelaki penyuka sesama jenis di Sumbar 14.469 orang, jumlah waria 2.501 orang dengan perkiraan pelanggan 2,5 kali lipat. "Artinya kalau pelanggan waria adalah bapak-bapak maka masuk kategori laki-laki suka laki-laki, dengan demikian total pria penyuka sesama jenis diperkirakan mencapai 20 ribu orang," kata Khaterina.

Ia menyampaikan berdasarkan perkiraan pada 2016 jumlah lelaki penyuka sesama jenis di Sumbar paling banyak di Padang sebanyak 5.267 orang, Kabupaten Agam 903 orang, Kabupaten Pesisir Selatan 882 orang, Kabupaten Pasaman Barat 870 orang, Kabupaten Padang Pariaman 705 orang, dan Kabupaten Solok 716 orang.

Kemudian, Kabupaten Sijunjung 459 orang, Kabupaten Tanah Datar 434 orang, Kabupaten Limapuluh Kota 718 orang, Kota Pariaman 536 orang, Kabupaten Solok Selatan 339 orang, Kabupaten Dharmasraya 518 orang, Kota Solok 360 orang, Lalu Kota Sawahlunto 153 orang, Kota Padang Panjang 135 orang, Kota Bukittinggi 185 orang, Kota Payakumbuh 333 orang, dan Kota Pariaman 217 orang.

Ia menyampaikan salah satu penyebab fenomena ini adalah terjadinya krisis karakter di keluarga, sekolah, dan masyarakat. "Misalnya mengalami kekerasan waktu kecil, anak kehilangan figur ayah," kata dia.

Ia memaparkan penyuka lelaki sesama jenis ini menyasar seluruh kalangan mulai dari aparatur sipil negara (ASN), mahasiswa, pekerja swasta. "Terakhir tiga bulan lalu di Pariaman seorang ASN digerebek warga bersama salah seorang mahasiswa dari perguruan tinggi negeri di Padang," kata dia.

Selain itu, hasil penelitian menemukan penggunaan internet dan media sosial berpotensi meningkatkan penularan HIV AIDS. Terkait dengan solusi, ia menyampaikan salah satunya dengan adalah penguatan peran keluarga terutama ayah dan penguatan peran tenaga pendidik.

Ia mengajak semua pihak bertekad dan berkomitmen menghentikan LGBT agar tidak meluas di Sumbar. Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengatakan perlu diklarifikasi data yang disampaikan tersebut baru estimasi, bukan angka yang sebenarnya.

"Sumbar dikenal dengan daerah agama yang menolak keras LGBT. Namun, di sini ternyata ada, ini menjadi persoalan tersendiri, katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement