Jumat 20 Apr 2018 17:04 WIB

Basarah: Perempuan Indonesia Penyelamat Ideologi Bangsa

Mengutip istilah Bung Karno, Wakil Ketua MPR mengatakan perempuan adalah tiang negeri

Rep: Amri Amrullah/ Red: Bayu Hermawan
Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah.
Foto: MPR RI
Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah.

REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Wakil Ketua Majelis Pemusyawaratan Rakyat (MPR) Ahmad Basarah mengatakan, diperlukan kewaspadaan masyarakat untuk dua kekuatan ideologi transnasional. Dua ideologi transnasional tersebut, yakni fundamentalisme pasar (liberalisme/kapitalisme) dan fundamentalisme agama (radikalisme/terorisme).

Hal ini disampaikan Basarah saat hadir dan mengisi acara Pergerakan Wanita Nasional (Perwanas), menyambut Hari Kartini, bekerjasama dengan MPR menyelenggarakan Sosialisasi Empat Pilar MPR di Sidoarjo Jawa Timur, Jumat (20/4). Basarah menjelaskan, dua ideologi transnasional ini beroperasi secara terstruktur, sistematis dan massif. Ideologi Liberalisme/kapitalisme mengagung-agungkan kebebasan dan individualisme. Misalnya gaya hidup LGBT, gaya hidup konsumtif dan asosial.

Sedangkan radikalisme/terorisme mewujud dalam ajakan untuk berperilaku intoleran, mengkafirkan orang lain, mengobarkan ujaran kebencian antar pemeluk agama hingga paling ekstrem adalah tindakan kekerasan yang menelan korban jiwa. "Kedua ideologi tersebut beroperasi membonceng kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sebagai alat perjuangan propaganda mereka," ujar Basarah.

Politikus PDIP ini menjelaskan dalam laporan Indonesia Digital Landscale 2018, seluruh segmen usia mulai dari usia 18 tahun hingga lebih dari 31 tahun keatas, paling banyak aktivitasnya di smartphone. Mereka mengakses media sosial (87 persen) disusul dengan chatting (84 persen) dan mendengar musik dan menonton video (61 persen).

"Melalui media sosial inilah propagandis-propagandis ideologi transnasional menjalankan misinya merusak kepribadian nasional bangsa Indonesia," jelasnya.

Menurut Basarah, kelompok perempuan yang mampu menyelematkan bangsa dari dua ideologi transnasional ini. Sebab, kata dia, perempuan bukan sekedar Ibu dalam keluarga melainkan lebih dari itu, yang dalam istilah Bung Karno, disebut sebagai "Tiang Negeri".

"Apabila baik perempuan baik, baiklah negeri. Apabila rusak perempuan, rusaklah negeri," ujar Basarah.

Oleh karena itu, perempuan tidak hanya berhenti dalam memperjuangkan kemerdekaan melainkan ikut serta menyelamatkan republik dan menyusun negara yang berkepribadian nasional. "Untuk menyelamatkan bangsa dari kepungan ideologi transnasional, keluarga harus menjadi benteng paling utama. Karena keluargalah unit sosial terkecil dimana seseorang mendapat sosialisasi nilai dan norma," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement