Jumat 20 Apr 2018 09:40 WIB

Indonesia Dilanda Kedangkalan Literasi

Dari 1.000 orang Indonesia, hanya satu orang yang rutin membaca buku.

Rep: Fuji Eka Permana, Umi Nur Fadhilah/ Red: Karta Raharja Ucu
Malas belajar membaca terlalu dekat lesu (ilustrasi)
Foto: Republika/Musiron
Malas belajar membaca terlalu dekat lesu (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- JAKARTA -- Indonesia krisis membaca. Sebab, dari 1.000 orang Indonesia, hanya satu orang yang rutin membaca buku. Tak heran berdasarkan data Programme for International Student Assessment (PISA), Indonesia berada di peringkat 64 dari 72 negara yang rutin membaca. Bahkan, menurut The World Most Literate Nation Study, Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara.

Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DKI Jakarta Hikmat Kurnia berkata, tanpa kemampuan literasi yang baik maka tidak akan lahir individu yang hebat. "Sayangnya, dari data yang berkembang, hanya ada satu dari 1.000 orang Indonesia yang membaca buku secara rutin. Ini menjadi pekerjaan rumah yang sangat besar," kata Hikmat dalam pidatonya pada pembukaan Islamic Book Fair (IBF) 2018.

Karena itu, Hikmat yang juga penanggung jawab dalam panitia IBF 2018 itu mendorong umat Islam untuk memandang kedangkalan literasi sebagai musuh bersama. Sebab, itu merupakan akar dari kebodohan dan kemunduran peradaban.

Kemampuan literasi yang baik, menurut Hikmat, dapat memberdayakan dan meningkatkan kualitas individu, keluarga, masyarakat, bangsa, serta umat manusia. "Jika Islam hendak meraih kejayaannya maka suka tidak suka, kita harus memperkuat kemampuan literasi setiap individu," ujarnya.

Hikmat lantas menyampaikan, tema IBF juga berkait erat dengan limpahan informasi pada era sekarang. Karena itu, kecerdasan literasi dibutuhkan untuk memilah antara informasi yang mencerahkan dan yang sekadar sampah.

Keberadaan hoaks di Tanah Air belakangan dinilai Hikmat sebagai bukti nyata bahwa umat belum memiliki kemampuan saring sebelum sharing. Itu mungkin terjadi karena pikiran nan pendek ditambah pemahaman yang dangkal.

photo
Anak membaca (ilustrasi)

Perhelatan IBF 2018 yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, secara resmi dibuka pada Rabu, 18 April 2018. Acara yang berlangsung hingga 22 April 2018 itu mengusung tema "Meraih Kejayaan Islam Melalui Literasi".

IBF 2018 secara resmi dibuka oleh Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya Fadli Zon. Yang juga turut hadir adalah perwakilan pengurus Ikapi DKI Jakarta, penulis, dan para peserta ajang tersebut.

Dalam pidato pembukaan, Fadli Zon menyambut positif penyelenggaraan IBF 2018. "Kegiatan ini penting karena menunjukkan potret peradaban," ungkapnya.

Menurut Fadli, mengutip proklamator kemerdekaan RI Bung Hatta, buku dapat membentuk watak dan karakter bangsa. Melihat perkembangan negara maju, yang menjadi garda dan wajah terdepan di sana adalah perpustakaan, museum, dan hasil kebudayaan. "Itu aset nasional. Warisan intelektual penulis juga merupakan bagian aset nasional."

Pemilik Fadli Zon Library itu pun mengingatkan, buku tak boleh hanya dilihat dari sisi fisik, tetapi juga sebagai bagian dari kekayaan intelektual dan warisan budaya. Sebab, Fadli yakin buku bisa menjadi aset berharga dari generasi ke generasi.

Ihwal tema yang diusung IBF 2018, yakni "Meraih Kejayaan Islam Melalui Literasi", Fadli menilai tema itu sangat tepat. Ia mengingatkan, Islam sempat memiliki peradaban lebih maju daripada Barat. Kemajuan peradaban Islam kala itu berbanding lurus dengan lahirnya literasi yang luar biasa. "Tinggal bagaimana melahirkan tokoh intelektual Muslim seperti dulu," ujar Fadli.

IBF merupakan perhelatan tahunan di bawah Ikapi DKI Jakarta yang digelar sejak 2001. Dalam kurun dua tahun terakhir, IBF di gelar di JCC karena Istora Senayan direnovasi untuk digunakan saat Asian Games 2018.

Selain deretan stan dan buku berkualitas, IBF 2018 juga menghadirkan talk show dengan pembicara dari kalangan ulama dan penulis buku. Salah satu yang dinanti adalah kehadiran Ustaz Abdul Somad di panggung utama pada Kamis (19/4).

Berdasarkan pantauan Republika pada hari pertama IBF 2018, pengunjung anak- anak dan dewasa sudah tampak memadati arena. Terdapat sejumlah mata acara yang mereka hadiri, antara lain, pengenalan Metode Kauny, yakni menghafal Alquran semudah tersenyum, dan bedah buku Personal Social Responsibility. Terdapat pula lomba lantunan Asmaul Husna antara majelis taklim, peluncuran buku Surabi Pesantren, serta Konser Santri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement