REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Mass Rapid Transit Jakarta melakukan perekrutan masinis tidak hanya terhadap pria, namun juga perempuan. Perekrutan telah dimulai sejak 2016 lalu.
Kepala Divisi Railway Operation PT MRT Jakarta, Mega Tarigan menuturkan dibutuhkan 60-an masinis untuk mengoperasikan MRT yang direncanakan akan beroperasi pada Maret 2019. Saat ini, 41 masinis sudah direkrut, enam diantaranya masinis wanita.
Dalam melakukan perekrutan, tidak ada diskriminasi baik kepada pria maupun wanita. Proses perekrutan dilakukan berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan.
"Tidak ada alasan khusus (rekrut masinis wanita), karena berdasarkan peraturan Menteri Perhubungan Nomor 4 Tahun 2017 itu memang diperbolehkan. Jadi syarat masinis itu pria atau wanita, kemudian ya tinggi 160 centimeter, sehat jasmani dan rohani. Dari segi peraturan kan memang tidak ada diskriminasi. Dibuka untuk pria dan wanita. Tapi mungkin selama ini praktiknya banyak lelaki," kata Mega di Wisma Nusantara, Jakarta Pusat, Rabu (18/4).
Mega menuturkan, sebagian masinis yang direkrut merupakan fresh graduate. Walaupun begitu, dilakukan pelatihan terlebih dahulu terhadap mereka dengan bekerja sama dengan instansi yang ada di Indonesia dan luar negeri, salah satunya dengan Malaysia.
"Total program 30 hari kerja (training di Malaysia) sekitar 1,5 tahun. Sebetulnya sudah mulai tahun lalu karena kita butuh total 60-an masinis. Dan semuanya tidak mungkin direkrut dalam waktu bersamaan karena ada keterbatasan lembaga diklatnya. Setiap satu batch itu terbatas 10 orang," katanya.
Alat berat dioperasikan untuk menarik kepala kereta MRT di Depo MRT Lebak Bulus, Jakarta, Kamis (12/4).
Sebelum dilatih di Malaysia, masinis dilatih dahulu di Akademi Perkeretaapian Indonesia, Madiun, Jawa Timur. Dari 41 masinis yang sudah direkrut, sembilan diantaranya telah menjalani training di Malaysia.
"Yang direkrut dan sudah jalani training 41 (orang). Yang batch terakhir di Madiun belum berangkat ke Malaysia. Setelah dia beres di Madiun baru diberangkatkan, ada sembilan orang yang sudah diberangkatkan ke Malaysia," katanya.
Menurut Mega, alasan kenapa masinis tersebut dilatih di Malaysia karena teknologi MRT belum digunakan PT Kereta Api Indonesia (KAI). Malaysia telah menggunakan teknologi tersebut dan pemilihan Malaysia juga karena jarak dan bahasanya yang tidak jauh berbeda dengan Indonesia sehingga mudah dimengerti.
"Karena kalau operasi itu yang dihadapi kan orang banyak dan melibatkan komunikasi. Komunikasi kan sulit, kalau ke Jepang kan gak ngerti mereka ngomong apa, makanya pilihan jatuh ke Malaysia karena kemudahan komunikasi. Jadi kita kirimkan ke Malaysia agar dia dapat pengalaman bagaimana mengemudikan kereta," ujar Mega.
Selain masinis, nantinya juga akan dikirimkan tim dari bagian pemeliharaan untuk dilatih. Namun, tidak ke Malaysia, tetapi akan dilatih di Jepang guna mempersiapkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang siap dengan teknologi MRT. Bahkan, untuk persiapan operasi dan pemeliharaan MRT juga didampingi konsultan dari Jepang. Kereta MRT fase 1 rute Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia didatangkan dari Jepang.
Salah satu masinis MRT yang telah mendapatkan pelatihan di Malaysia, Indri (22 tahun) mengungkapkan, selama mendapat pelatihan tidak ada perlakuan berbeda terhadap pria maupun wanita. Setiap masinis memiliki tanggung jawab yang sama.
Bahkan, ketika ada pelatihan mengangkat tangga darurat yang beratnya mencapai 40 Kg, baik wanita maupun pria harus sama-sama bisa. "Jadi cikgunya (pelatih) disana itu melakukan sampling, kalau wanita kuat berarti yang lainnya juga kuat. Dari fisik dan dilatih mentalnya tidak ada perbedaan sama sekali," ujar Indri.
Kepala Divisi Pemeliharaan PT MRT Jakarta Asep Solihin mengungkapkan tim dari bagian pemeliharaan juga dilakukan pelatihan. Pelatihan dilakukan dengan bekerja sama dengan instansi terkait lainnya, seperti PT Kereta Api Indonesia (KAI), Perusahaan Liatrik Negara (PLN), Lembaga Elektronika Nasional (Len), dan Kementerian Perhubungan.