Rabu 18 Apr 2018 06:42 WIB

BMKG: Bersiap Hadapi Transisi Musim Hujan ke Kemarau

BMKG memprediksi Samudera Hindia tetap dalam kondisi normal

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Esthi Maharani
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati
Foto: RepublikaTV/Fakhtar Khairon Lubis
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pantauan La Nina kategori lemah mengindikasikan kondisi normal pada Mei-September 2018 mendatang. Hal itu didapat dari pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan lembaga-lembaga internasional terhadap kondisi Samudera Pasifik dan Samudera Hindia.

Sejauh ini, tidak ada indikasi anomali iklim di pole mode yang terjadi di Samudera Hindia bagian barat Sumatra. BMKG memprediksi Samudera Hindia tetap dalam kondisi normal pada periode April-September 2018 mendatang.

Sirkulasi angin regional sudah didominasi angin Monsum Australia, hampir sebagian besar Indonesia yang ada di bagian selatan khatulistiwa. Angin timuran membawa massa udara kering dari Austrlia, yang selaras awal periode kemarau di Indonesia.

Meski demikian, di beberapa wilayah terutama di bagian barat, masih terdapat massa udara basah yang cukup lembab (di atas 65 persen), terutama di atmosfer lapisan menengah ketinggal 3.000 meter. Kondisi ini dapat mendukung tumbuhnya awan-awan konvektif. Sehingga, hujan sporadis masih berpeluang terjadi di beberapa wilayah di Sumatra bagian selatan, Jawa bagian tengah dan timur, Kalimantan bagian utara dan selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat dan Selatan, serta Maluku bagian utara.

"Pada musim transisi, potensi dan peluang cuaca ekstrim seperti hujan es dan puting beliung dapat terjadi," kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, melalui rilis yang diterima Republika.

Analisis hari tanpa hujan hingga dasarian 1 April menunjukkan panjang kekeringan meteorologis akibat ketiadaan hari hujan berturut-turut, dilaporkan beberapa desaran telah mengalami hari tanpa hujan kategori sangat panjang.

Mulai dari Aceh Utara (35 hari), Nusa Tenggara Timur (30 hari) dan Sumatra Utara (26 hari). Sedangkan, beberapa daerah di Jawa Timur dan NTB sudah mengalami ketiadaan hari hujan berturut-turut kategori menengah 11-20 hari.

Menghadapi musim kemarau tahun ini, perlu diwaspadai daerah-daerah yang rentan terjadinya kebakaran lahan dan hutan. Di antaranya Aceh dan Sumatra utara bagian utara, Riau, Jambi dan Sumatra Selatan.

Lalu ada Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengara serta sebagian Papua bagian selatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement