Senin 16 Apr 2018 16:00 WIB

ITS Siap Bangun Galangan Kapal Kayu

Albaola merupakan tempat yang tepat untuk belajar mengenai budaya maritim.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Winda Destiana Putri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Foto: wikipedia
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menjalin kerja sama dengan salah satu pusat studi budaya maritim Spanyol, yaitu Albaola Itsas Kultur Faktoria. Atas kerja sama tersebut, ITS pun menyatakan kesiapannya mendirikan galangan kapal kayu sebagai pusat studi pendidikan.

Dekan Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) ITS, Daniel M Rosyid menargetkan, galangan ini akan selesai dibangun pada 2020. "Sebagai negara maritim yang memiliki luas lautan lebih besar dari daratannya, Indonesia sangat perlu untuk mendirikan pusat produksi kapal sendiri," kata Daniel dalam pesan singkatnya, Senin (16/4).

Daniel menjelaskan, ITS sempat berkunjung ke Albaola Itsas Kultur Faktoria di Spanyol pada 2011. Sehingga, pada November 2017, keduanya melakukan penandatanganan kerja sama. Sehingga, kini ITS berencana melanjutkan kerja sama yang pernah dijalin tersebut dengan mengirim lima mahasiswanya untuk magang di tempat pembuatan kapal kayu ini.

Daniel menjelaskan, Albaola merupakan tempat yang tepat untuk belajar mengenai budaya maritim. UNESCO juga telah memberikan kepercayaan kepada Albaola untuk membangun replika penuh dari San Juan, sebuah kapal kayu pemburu ikan paus yang dibangun di daerah Basques pada tahun 1560-an.

"Kapal tersebut pernah digunakan untuk berlayar melintasi Atlantik hingga Newfoundland, Kanada, sampai akhirnya tenggelam di perairan Red Bay, Labrador," kata Daniel.

Dari kepercayaan UNESCO ini, Albaola kemudian dinobatkan sebagai pusat pengembangan budaya maritim kelas dunia yang mendidik pemudanya dengan berbagai keterampilan kemaritiman, seperti boat building, rowing dan sailing. Artinya, dengan mengirim mahasiswa FTK ITS ke sana, Daniel berharap bisa mengetahui model bisnis seperti apa yang mereka kembangkan untuk kemudian diterapkan di Indonesia.

Guru besar Teknik Kelautan ini mengatakan, dengan adanya galangan kapal milik ITS, industri pembuatan kapal kayu di Indonesia tentu diharapkan akan membaik nantinya. "Perahu kayu nelayan yang selama ini hanya dikerjakan oleh pengrajin, nantinya akan mendapat sentuhan engineer," ujar pria asal Klaten ini.

Ia juga mengatakan, adanya perahu kayu akan menjadi daya tarik tersendiri bagi beberapa sektor pariwisata pantai di Indonesia. Di Raja Ampat contohnya, adanya kapal kayu dapat menjadi ciri khas tersendiri bagi daerah tersebut.

Nantinya, menurut Daniel, kapal kayu ini akan diinovasikan sedemikian rupa agar bisa menarik minat turis. Dengan beberapa keuntungan tersebut, Daniel meyakini, galangan kapal kayu akan menjadi ladang perekonomian baru bagi masyarakat nantinya.

Daniel juga berharap, galangan kapal ITS tersebut nantinya dapat juga menjadi museum, atau tempat berkunjung sekaligus belajar mengenai proses pembuatan kapal kayu, khususnya bagi warga Surabaya. Daniel juga menegaskan, target selesai di 2020 yang ia pasang, bukanlah tanpa perhitungan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement