Jumat 13 Apr 2018 11:44 WIB

Abu Janda, Rocky Gerung, dan Kitab Fiksi

Rocky bukan orang pertama yang pernah menyatakan kitab suci adalah fiksi.

Permadi Arya alias Abu Janda
Foto:
Para pendukung Ahok di sebuah sidang pengadian. (ilustrasi)

                                                            *****

Kembali soal Rocky, pelaporan ke polisi sejatinya juga bukan merupakan hal yang salah. Tapi pertanyaannya, kemana orang-orang yang dahulu paling gencar membela agama di jalur hukum? Mengapa dalam kasus Rocky semua menghilang?

Secara pribadi dalam memandang polemik kitab fiksi, pandangan saya tentang ucapan Rocky sama layaknya kasus Ahok. Rocky harus menarik ucapannya dan meminta maaf. Tapi jika ada yang tetap memproses Rocky, sama halnya dengan kasus Ahok, kita pun harus menghormatinya.

Semua yang diucapkan secara terbuka kepada publik tentu punya konsekuensi. Meski Rocky datang ke acara di televisi itu sesuai kapasitas keilmuannya di bidang filsafat. Sebagai seorang guru besar UI di bidang filsafat, tentu Rocky sadar penuh dan sengaja tentang apa yang diucapkannya.

Kapasitas di ruang keilmuan itu yang akan diuji kelak mengenai benar dan salah ucapannya. Saya sendiri punya pandangan yang menilai ucapan Rocky keliru karena terjadi di ruang publik, bukan akademis.

Tapi, dalam konteks berpikir dan bersikap, saya yakin Rocky-lah konsisten pada ucapannya. Sejak awal begitulah Rocky memandang soal kitab suci di alam pikirannya sebagai fiksi. Jadi dalam konteks berpikir yang liberal, pikiran Rocky tetap konsisten di rel keliberalannya.

Sebaliknya, yang tidak konsisten adalah orang yang kini melaporkan atau membela Rocky. Mengapa yang dulu mengatakan agama dan kitab suci Tuhan tak perlu dibela, sekarang jadi orang yang paling pertama datang ke Polda?

Dan mengapa orang yang dahulu begitu m arah dengan penistaan agama, mendadak menjadi manusia paling liberal se-Indonesia? Ya ini adalah masalah bangsa sesungguhnya, fanatisme cheerleaders dan haters yang paradoks dan begitu sempit.

Sesungguhnya yang ada di kepala orang yang melaporkan dan membela sudah bukan lagi benar atau salah, melainkan koalisi atau oposisi. Kalau dia rekan koalisi maka sesalah apapun harus dibela. Kala dia adalah lawan opsisi maka sebenar apapun harus disalahkan.

Tapi apapun itu, saya justru memandang ucapan Rocky lagi-lagi mampu membongkar problem sesungguhnya bangsa ini. Problem itu adalah sentimen kawan dan lawan yang berada di atas nilai benar dan salah.

 

*Sammy Abdullah, jurnalis Republika FUB UI.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement