REPUBLIKA.CO.ID, CIBINONG -- Dari 24 titik gunung sampah yang berada di kawasan Puncak, baru lima titik yang bisa diatasi oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bogor. Ernan Rustiadi selaku Ketua Konsorsium Penyelamatan Kawasan Puncak menyatakan pinggiran sungai masih menjadi tempat favorit untuk menumpuk sampah.
"Masalah sampah di Puncak, sampah ini memang sudah ada dari titik nol (0). Sudah ada dari hulu dan pinggiran sungai menjadi tempat favorit menumpuk sampah," ujar Ernan dalam suatu acara di kawasan Puncak, Selasa (3/4).
Dosen program studi perencanaan, pembangunan wilayah dan pedesaan dan perencanaan tata ruang Institut Pertanian Bogor (IPB) ini menyebut ada 24 titik gunung sampah di kawasan Puncak. Permasalahannya, hanya 30 persennya yang mampu ditangani oleh DLH.
Sisa timbunan sampah lainnya dibiarkan tetap berada di lokasi, di pinggiran sungai. Ernan juga menyatakan puluhan tahun sampah itu tetap berada di lokasi dan tidak pernah terangkut.
Sampah yang ditimbun pun berasal berbagai tipe mulai dari organik, rumahan, hingga sampah industri. Namun 70 hingga 80 persennya merupakan sampah organik yang memang tidak perlu diangkut.
"Sampah perumahan sampai industri semua ada disitu. Tapi 70 sampai 80 persennya memang sampah organik yang sebetulnya tidak perlu diangkut," ujarnya.
Kepala Bidang Pengolahan Sampah DLH Kabupaten Bogor Atis Tardiana membenarkan laporan tersebut. Dirinya menyebut pihak Konsorsium menemukan ada 24 titik pembuangan sampah liar di kawasan Puncak. Dari 24 titik ini, baru lima titik yang teridentifikasi dan bisa diangkut oleh DLH.
"Dari 24 titik yang ditemukan oleh Konsorsium Perlindungan Kawasan Puncak, baru lima titik yang teridentifikasi dan bisa diangkat. Baru tiga puluh persennya," ujar Atis Tardiana saat dikonfirmasi Republika, Kamis (12/4).
Ia pun mengakui pihak DLH belum bisa memberikan pelayanan secara keseluruhan terhadap semua lokasi sampah yang ada di Puncak. Keterbatasan angkutan serta lokasi pembuangan yang hanya berada di satu titik, Galuga, membuat pelayanan terbatas. Titik lokasi penumpukan sampah yang susah dijangkau oleh truk pengangkut sampah disebut menjadi kendala lainnya. Untuk mengangkut sampah, disebut dibutuhkan penanganan on-site, atau penanganan langsung dilokasi.
"Kalau secara on-site, kan bisa dengan tim pengomposan atau yang lain gitu, kita lakukan pemilahan sekalian. Sampah itu tidak semua juga harus diangkat," ujarnya.