REPUBLIKA.CO.ID, SOLO --- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto bersyukur acara tinggalan dalem jumenengan Pakubuwono XIII ke-14 bisa kembali terlaksana. Suksesnya penyelenggaraan jumenengan yang berlangsung di Pendopo Sasono Sewoko pada Kamis (12/4) dinilai sebagai tanda sudah terjalinnya kembali kerukunan di keluarga keraton.
"Pelaksanaan (Jumenengan) ini merupakan guyubnya keluarga keraton, karena tidak mungkin tercapai kalau tidak rukun. Disinilah saya melihat ada simbol kerukunan," kata Wiranto usai mengadiri tinggalan dalem jumenengan.
Menurut Wiranto budaya dan tradisi keraton termasuk tinggalan dalem jumenengan harus terus dilestarikan. Terlebih keraton masih menjadi simbol kultural yang masih dianut masyarakat khususnya di pulau Jawa. Meski beberapa tahun lalu terjadi konflik internal di tubuh Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, namun Wiranto yakin konflik tersebut sudah mencair.
Wiranto juga menegaskan Pemerintah akan terus membantu keraton-keraton se-Indonesia untuk perbaikan dan pengembangan keraton. Sehingga keraton tetap eksis dan tak punah.
"Keraton di seluruh Indonesia merupakan aset yang harus dilestarikan, baik fisiknya maupun budayanya. Tentu dengan keterbatasan dana Pemerintah tak bisa dibiayai semuanya pemerinta, tapi kita tak buta dan tuli," kata Wiranto.
Sementara itu dari pantauan Republika, pelaksanaan tinggalan dalem jumenengan berlangsung khidmat. Prosesi peringatan naik tahta Pakubuwono XIII itu dihadiri keluarga dan kerabat keraton Kasunanan Surakarta.
Selain Wiranto, tamu yang turut hadir yakni Watimpres Subagyo HS, Ibu Kandung Presiden Joko Widodo, Sudjiatmi, Wali Kota Solo F.X Hadi Rudyatmo. Ratusan abdi dalem hingga bupati rio inggil, bupati rio anom keraton kasunanan Surakarta pun hadir menyaksikan jumenengan.
Prosesi jumenengan dimulai pukul 10.00 WIB setelah Pakubuwono XIII keluar dan duduk di singgasana. Prosesi jumenengan diisi dengan Tarian Bedhaya Tawang sebagai tarian sakral dalam prosesi jumenengan.