Kamis 12 Apr 2018 19:50 WIB

Keluar dari Golkar, Priyo: Saya Harus Ikuti Takdir Sejarah

Priyo mengaku tidak mudah meninggalkan partai tempatnya berkiprah selama 17 tahun.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Bayu Hermawan
Priyo Budi Santoso (kanan)
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Priyo Budi Santoso (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Priyo Budi Santoso menjelaskan alasan kepindahan dirinya dari Partai Golkar ke Partai Berkarya. Priyo mengaku tidak mudah meninggalkan partai yang menjadi tempatnya berkiprah selama 17 tahun.

"Saya berada di centrum sebagai pengurus inti partai. Terakhir saya adalah wakil ketua DPR RI dari Fraksi Partai Golkar. Posisi saya terakhir pernah menjadi ketua DPP di zaman Pak Aburizal (Bakrie) maupun Pak Agung (Laksono), dan paling terakhir sebagai sekretaris dewan kehormatan Partai Golkar, ketuanya adalah Pak Habibie dan waketum Pak Akbar Tandjung," katanya saat ditemui di acara Halaqah Kebangsaan, Kamis (12/4).

Kepada wartawan, Priyo mengaku lega karena dirinya sudah memberitahukan terkait niatnya untuk berpindah ke partai besutan putra Presiden ke-2 Soeharto, Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto). Priyo mengaku telah berpamitan dengan sejumlah tokoh inti Partai Golkar, seperti ke Habibie, Akbar Tandjung, serta berencana menemui beberapa petinggi partai lainnya, seperti ke Abu Rizal Bakrie, Jusuf Kalla, dan Airlangga Hartarto.

"Saya harus mengikuti takdir sejarah yang harus saya jalanin untuk hijrah ke Partai Berkarya," ujarnya.

Priyo menambahkan, keputusannya tersebut tampak disambut baik oleh Habibie dan Akbar Tandjung. Ia pun membeberkan alasan kepindahan dirinya ke Partai Berkarya antara lain karena diajak langsung oleh Tommy Soeharto. "Saya berpikir memohon waktu empat hari untuk merenung dan beliau mempersilakan untuk berpikir, menimbang dan shalat istikharah," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement