Kamis 12 Apr 2018 19:22 WIB

Menakar Risiko Karhutla di Sumbar

Masyarakat diminta hati-hati terutama di area perkebunan dan hutan

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Esthi Maharani
Kebakaran hutan di lereng Gunung Talang yang terletak di Solok, Sumatra Barat telah padam sepenuhnya pada Jumat (2/2) sore.
Foto: BPBD Sumbar
Kebakaran hutan di lereng Gunung Talang yang terletak di Solok, Sumatra Barat telah padam sepenuhnya pada Jumat (2/2) sore.

REPUBLIKA.CO.ID,  PADANG -- Sumatra Barat, berjejer dengan provinsi lainnya di Pulau Sumatra, memiliki risiko kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang cukup tinggi, baik yang disebabkan oleh faktor alam atau akibat ulah manusia. Terakhir, pada Februari 2018 sekitar 10 hektare lahan di lereng Gunung Talang terbakar.

Beberapa daerah di Sumbar yang sempat mencatatkan kejadian karhutla adalah Kabupaten Limapuluh Kota, Kabupaten Sijunjung, Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Pesisir Selatan, dan Kabupaten Pasaman. Kerawanan bencana karhutla ini membuat Pemerintah Provinsi Sumatra Barat harus menjaga kesiapsiagaan dalam menangani kebakaran hutan dan lahan.

Memasuki bulan April 2018, curah hujan di Sumbar ternyata masih cukup tinggi. Lantas seberapa besar potensi kejadian karhutla di Sumbar saat ini?

Kepala Seksi Observasi dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ketaping, Kabupaten Padang Pariaman, Sumbar, Budi Samiadji, menyebutkan bahwa sejumlah daerah yang disebutkan di atas masih memiliki tingkat risiko terjadinya kahutla karena cuaca yang cukup terik beberapa hari ini.

Berdasarkan pengamatan BMKG, Sumbar bagian barat memiliki tingkat kerentanan karhutla lebih tinggi dibanding wilayah sebelah tengah dan timur. Risiko karhutla menyebar ke sejumlah daerah seperti Kabupaten Pasaman Barat, Pasaman, sebagian Agam, Padang Pariaman bagian barat, Kota Pariaman, Kabupaten Pesisir Selatan bagian barat, dan Kabupaten Solok bagian barat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement