REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak berbagai kemungkinan pembicaraan yang muncul dalam pertemuan antara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan dengan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto pada Jumat (6/4). Pengamat Politik, Hendri B Satrio, menilai salah satunya terkait pernyataan Prabowo yang menuai kontroversi belakangan.
Hendri menjelaskan, tidak menutup kemungkinan apabila Luhut dititipi pesan oleh Presiden Joko Widodo supaya Prabowo tidak membuat kegaduhan. Di antaranya dengan membuat pernyataan Indonesia akan bubarpada 2030 yang menghiasi pemberitaan dan menjadi perbincangan.
"Intinya untuk menjagakondusivitas politik," tuturnya ketika dihubungi Republika.co.id, Ahad (8/4).
Kemungkinan kedua yang menjadi bahan perbincangan adalah penawaran posisi penting dari Luhut ke Prabowo. Meski keduanya sama-sama memiliki latar belakang militer dan sudah berteman lama, Luhut dan Prabowo kini berada di posisi yang berbeda. Sementara Luhut berada di perahu pemerintahan, Prabowo di oposisi.
Dengan kondisi yang berseberangan itu, penawaran politik menjadi opsi pembicaraan tak terbantahkan dalam pertemuan kemarin. "Mungkin saja ada penawaran beberapa posisi penting pada 2019 nanti untuk meminimalisir lawan politik Jokowi," ujar Hendri yang juga mendirikan lembaga survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) ini.
Tapi, untuk kemungkinan bergabungnya Luhut dengan kubu Prabowo, Hendri melihatnya sebagai hal mustahil dan terlampau jauh. Sebab, Luhut diketahui sebagai garda terdepan dalam upaya pemenangan Jokowi dalam Pilpres 2019, di mana Prabowo digadang-gadang sebagai rival utamanya.
Sebelumnya, Prabowo dan Luhut diam-diam bertemu di salah satu restoran di Jakarta, Jumat (6/4). Saat ditanya maksud dan tujuan pertemuan, Luhut hanya menggambarkannya sebagai komunikasi biasa antar dua teman lama.