Sabtu 07 Apr 2018 19:36 WIB

BKKBN: Tren Angka Kelahiran Turun Sejak 1991

Penurunan tren angka kelahiran berbanding lurus dengan peningkatan penggunaan KB.

Bayi baru lahir.
Foto: Pexels
Bayi baru lahir.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI menyatakan tren angka kelahiran total di Indonesia terus mengalami penurunan sejak 1991 hingga 2017. "Secara umum jumlah kelahiran terus menurun, ini merupakan salah satu kabar baik agar terwujudnya masyarakat yang sejahtera," kata Sekretaris Utama BKKBN Nofrijal di Padang, Sabtu (7/4).

Ia menyampaikan hal tersebut dalam kegiatan pertemuan BKKBN dengan kemitraan bersama media cetak dan elektronik tingkat Provinsi Sumatera Barat 2018. Pada 1991, katanya, angka kelahiran mencapai tiga persen, 1994 turun menjadi 2,9 persen, 1997 (2,8 persen), 2002 hingga 2012 stagnan sekitar 2,6 persen, dan tahun 2017 turun hingga 2,4 persen.

Menurut dia, penurunan tren angka kelahiran tersebut berbanding lurus dengan peningkatan penggunaan kontrasepsi, yakni pada 1991 pemakaiannya 50 persen. Kemudian pada 1994 naik menjadi 55 persen, 1997 (57 persen), 2002-2003 (60 persen), 2007 (61 persen), 2012 (62 persen), dan 2017 (64 persen).

Pada 2017, lanjutnya, jumlah penduduk Indonesia 261,9 juta jiwa, terdiri atas 131,6 juta laki-laki dan 130,3 juta perempuan dengan laju pertumbuhan penduduk 1,24 persen per tahun. "Jadi saat ini jumlah laki-laki lebih banyak daripada perempuan," kata dia.

Nofrijal mengemukakan untuk jangka panjang BKKBN menargetkan tingkat pemakaian kontrasepsi sebesar 60,5 persen. Upaya mencapai sasaran tersebut, kata dia, dijalankan dengan melaksanakan berbagai kegiatan prioritas.

Kegiatan itu di antaranya pengintegrasian kebijakan pengendalian penduduk ke dalam pembangunan sosial budaya, ekonomi, dan lingkungan. Kemudian dengan mengembangkan dan memaksimalkan kampung keluarga berencana sesuai dengan nawacita pemerintah yang ketiga, yakni membangun masyarakat mulai dari pinggiran, desa atau daerah yang selama ini luput dari perhatian.

"Masih banyak warga yang belum menjadi peserta KB, banyak keluarga miskin, dan belum merata mendapatkan sentuhan pembangunan dari pemerintah," tambahnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement