REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno meminta ketua RT dan RW lebih ketat memantau peredaran minuman keras (miras) di lingkungannya masing-masing. Ia mengatakan, miras oplosan yang dijual hingga mengakibatkan puluhan orang yang mengonsumsinya meninggal dunia tersebut tak boleh ditoleransi.
Menurutnya, tewasnya puluhan orang akibat miras oplosan di Jagakarsa, Jakarta Selatan tak boleh lagi terjadi. Ia pun memerintahkan ketua RT dan RW untuk mengawasi sekaligus menindaknya dengan melaporkan ke kepolisian jika menemukan. "Yang ada di wilayah RT, RW untuk aktif memantau peredaran daripada miras ini," kata Sandi di Balai Kota, Kamis (5/4).
Sandi menilai, kejadian hilangnya nyawa manusia akibat konsumsi miras oplosan yang berulang kali terjadi adalah tanda bahaya. Ia mengistilahkan peristiwa di Jagakarsa tersebut sebagai 'lampu merah' dan harus segera dihentikan. Semua pihak harus saling bekerjasama untuk menangkalnya.
Dia mengatakan, pemprov akan mengajak berbagai elemen mulai dari tokoh masyarakat, kepolisian, hingga BPPOM untuk mengawasi peredaran miras di lingkungan masyarakat. Sebab, menurutnya, peraturan daerah (perda) telah mengatur siapa-siapa saja yang boleh dan tidak boleh menjual miras.
Politikus Gerindra ini juga mengimbau masyarakat untuk tidak mengonsumsi miras, apalagi oplosan. Sandi menganggap miras oplosan sangat berbahaya karena diracik oleh orang yang tidak mengerti dampak terhadap reaksi tubuh manusia.
"Masyarakat jangan mengonsumsi miras terutama miras yang terlihat sebagai racikan sendiri, itu sangat berbahaya. Belum tentu mereka (peracik) mengerti dampak daripada kesehatan dan organ tubuh manusia," katanya.
Sebelumnya diberitakan, masyarakat Jakarta dihebohkan dengan sejumlah orang yang tewas dan kritis, akibat meminum miras oplosan yang disebut-sebut dibeli di tukang jamu. Tidak tanggung-tanggung, total korban meninggal mencapai sembilan orang.
Kemudian korban tewas bertambah lagi sembilan orang, empat orang dari Jakarta Selatan dan lima orang dari Jakarta Timur, akibat meminum miras oplosan dengan nama Gingseng, dan dijual Rp 20 ribu per plastik itu. Secara keseluruhan, sudah ada 18 korban tewas dalam insiden itu.
Sementara itu, warga Depok juga diinformasikan ada yang meninggal berjumlah enam orang, total korban meninggal hingga saat ini pun bertambah menjadi 24 orang.
Selain itu, di Bekasi ada dua orang lagi yang tewas akibat menenggak miras oplosan. Jika ditotal lagi secara keseluruhan mencapai 26 korban tewas.