REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno menghadiri rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Pembangunan Jaya Ancol yang digelar hari ini (3/4) di Putri Duyung Cottage, Ancol, Jakarta Utara. Setelah rapat ini digelar, akan dibuat master plan yang akan dipresentasikan dua pekan mendatang.
"Master plan yang akan didorong oleh Ancol ini salah satunya akan membicarakan aksesibilitas dari Ancol," kata Sandiaga di Putri Duyung Cottage, Selasa (3/4). Menurut politikus Partai Gerindra itu, PT Pembangunan Jaya Ancol menargetkan akan melayani minimal 30 juta pengunjung setiap tahun. Mereka harus mendapatkan akses yang baik untuk bisa mencapai ke lokasi wisata.
"30 juta pengunjung itu tidak bisa hanya mengandalkan mobil dan bus. Harus mengandalkan transportasi berbasis rel," kata Sandiaga.
Saat ini Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI membangun sarana transportasi mass rapid transit (MRT) yang proses pembangunannya akan berhenti di Stasiun Kampung Bandan. Sandiaga melihat ada beberapa peluang untuk menyediakan akses yang baik, baik bagi Ancol maupun lokasi penting lain, misalnya Stadion BMW.
Salah satu rencana kerja sama yang disiapkan yaitu melalui skema business to business (B2B). Pendekatan ini bisa digunakan untuk ekstension maupun shuttle. "Itu yang nanti di master plan ini akan kita lihat," kata Sandiaga.
Direktur PT Pembangunan Jaya Ancol Paul Tehusijarana mengaku sangat ingin jalur MRT bisa diperpanjang sampai ke Ancol. Namun, hingga saat ini pihaknya belum melakukan pembicaraan dengan PT MRT Jakarta.
"Kami sangat ingin kalau bisa sampai ke Ancol. Tapi kami belum sama sekali melakukan pembicaraan dengan MRT mengenai itu. Kita bereskan satu-satulah," ujar Paul.
Menurut Paul, perpanjangan jalur MRT merupakan target jangka panjang PT Pembangunan Jaya Ancol. Mengenai skema B2B yang ditawarkan oleh PT MRT, Paul mengatakan pada dasarnya semua skema memungkinkan untuk dilakukan. Pihaknya akan mengkaji kembali agar rencana ini dapat dieksekusi dengan baik.
"Makanya kita harus pelajari. Kalau B2B nanti akan seperti apa," kata Paul.
Sebelumnya, Dirut PT MRT Jakarta William P Sabandar menyatakan perpanjangan memungkinkan. Namun, pembiayaannya tidak berasal dari pemerintah melainkan berasal dari swasta lewat skema business to business (B2B).
"Mungkin kalau kaya Ancol ya sudah kita B2B. Tapi jangan pakai dana pemerintah, gitu kan. Karena memang nggak ada pendanaannya sampai ke Ancol, sampai Kampung Bandan saja," kata Dirut PT MRT Jakarta William P Sabandar di Jakarta, akhir tahun lalu.
Sebelum rencana itu diwujudkan, harus ada studi kelayakan (feasibility study) terlebih dahulu. Dari kajian itu akan diperoleh perkiraan biaya dan pembagian tugas masing-masing pihak. Dari kajian yang dilakukan, telah ditentukan bahwa Proyek MRT Fase II jalur utara-selatan hanya sampai ke Kampung Bandan. Itu juga terkait dengan pendanaan dari pihak Jepang.
Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) Andri Yansyah mengatakan Dishubtrans menyerahkan teknis kerja sama perluasan rute kepada PT MRT Jakarta. Ia menyatakan akan mendukung apapun yang menjadi keputusan PT MRT Jakarta. "Karena ini bagian dari upaya peningkatan layanan transportasi. Secara teknis menyerahkan semuanya," ujar dia di Gedung DPRD DKI, Rabu (28/3).