REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Paramadina Toto Sugiarto menilai, Prabowo Subianto tetap bisa meraup suara dari basis Islam jika memilih Gatot Nurmantyo, sebagai pendamping dirinya untuk menghadapi Pilpres 2019. Sebab meski berlatar militer, Gatot dekat dengan kalangan Islam alias tentara hijau.
"Tetap dapat (suara basis Islamnya), Gatot ini kan dekat dengan Islam, dia itu tentara hijau. Dari sisi nasionalis-Islamnya dapat," katanya kepada Republika.co.id, Kamis (29/3).
Namun Toto mengakui, kondisi di mana Prabowo dan Gatot sama-sama berlatar militer, memang menjadi kelemahan. Idealnya, papar dia, di dalam pasangan capres-cawapres itu terdapat sosok dari kalangan sipil.
Jika tidak, kubu lawan di Pilpres akan memanfaatkan celah tersebut untuk melakukan serangan. Boleh jadi, lawan politik Prabowo bakal menyerang dengan menggelindingkan isu dua tokoh militer yang memiliki ambisi besar dalam politik.
"Tapi memang nanti akan jadi sasaran tembak bahwa capres-cawapresnya tentara dengan tentara. Tapi tergantung nanti bagaimana menjawabnya, meresponsnya, kampanye baliknya seperti apa. Misalnya bilang tentara bukan hal negatif dalam politik," katanya.
Namun, Toto juga mengingatkan adanya sembilan jenderal yang berada di belakang Joko Widodo (Jokowi). Karena itu, menurutnya, Pilpres 2019 sebetulnya menjadi ajang pertarungan di antara kalangan militer.
"Jangan lupa di sekeliling Jokowi itu juga ada sembilan jenderal. Jadi sebenarnya sama saja," katanya.
Selain itu, latar etnis Prabowo dan Gatot yang sama-sama Jawa juga menjadi kelemahan berikutnya. Sebab, Toto menilai, pasangan capres-cawapres yang ideal adalah Jawa-nonJawa demi memperbesar suara dari seluruh wilayah Indonesia.