Kamis 29 Mar 2018 04:57 WIB

Jalan Panjang Rohana Kudus Menyandang Pahlawan Nasional

Rohana Kudus masih harus bersaing dengan sembilan kandidat pahlawan nasional lainnya.

Rohana Kudus
Foto: dok. Anri
Rohana Kudus

Oleh Sapto Andika Candra

Wartawan Republika

REPUBLIKA.CO.ID, Perjuangan masyarakat Sumatra Barat untuk membawa nama Rohana Kudus, atau Roehana Koeddoes menurut ejaan lama, untuk diangkat sebagai pahlawan nasional tampaknya masih panjang. Tim Peneliti Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) di Sumatra Barat masih harus meyakinkan tim di Kementerian Sosial untuk bisa dibahas oleh Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan di bawah Presiden Joko Widodo.

Dari segi administrasi, barangkali jurnalis perempuan pertama di Indonesia tersebut sudah sangat pantas untuk diajukan sebagai Pahlawan Nasional Republik Indonesia. Namun yang tak boleh dilupakan, nama besar Rohana Kudus masih harus bersaing dengan sembilan kandidat pahlawan nasional lainnya yang diajukan tahun 2018. 

Karenanya, pemerintah pusat meminta tim di daerah melengkapi dokumen mengenai karya cipta Rohana Kudus yang masih bisa dirasakan manfaatnya saat ini. Kasubdit Penghargaan dan Tunjangan Kesejehteraan Keluarga Pahlawan dan PK Kementerian Sosial, Afni, mengingatkan tim di level daerah untuk bisa menyajikan perjuangan Rohana Kudus semasa hidup.

Tim juga harus menyajikan kelebihan pendiri Yayasan Kerajinan Amai Setia di Koto Gadang, Agam, Sumatra Barat, itu. Terutama kelebihan yang masih dirasakan manfaatnya saat ini. 

Misalnya, Afni mengatakan, sejumlah karya Rohana Kudus dalam Surat Kabar Soenting Melajoe yang ia pimpin. Dia meminta karya-karya Ruhana yang sudah memiliki hak cipta dimasukkan dalam pembahasan di level pusat nanti.

Afni menyebutkan, setiap tahunnya ada 10 nama yang diajukan oleh beberapa daerah agar diangkat sebagai Pahlawan Nasional. Prosesnya ternyata tak mudah. 

Usulan daerah

Masing-masing pengusul di daerah harus bisa menyampaikan peran setiap kandidat semasa hidupnya dan imbas apa saja yang dirasakan Bangsa Indonesia melalui perjuangan masing-masing tokoh. Meski Rohana Kudus sudah dikenal luas di Tanah Minang, Afni meminta tim pengusul di daerah tidak lengah. 

Apalagi, nama-nama lain yang diusulkan sebagai Pahlawan Nasional tahun 2018 ini rata-rata telah dikenal luas. "Seperti Prof Dr Sardjito, siapa yang ngga tahu beliau?” usai mengisi Seminar Nasional Pengajuan Rohana Kudus sebagai Pahlawan Nasional di Istana Gubernur Sumbar, Rabu (28/3).

Dia menerangkan kiprah Sardjito pada masa lalu mewariskan rumah sakit di Yogyakarta saat ini. “Belum lagi jasa beliau lainnya. Nah, Rohana Kudus sebagai tokoh besar, harus ditampilkan pula karya beliau yang bisa dirasakan saat ini," jelas Afni. 

Meski begitu, Afni yakin nama Rohana Kudus masuk dalam jajaran kandidat kuat yang bisa dipilih Presiden Jokowi sebagai Pahlawan Nasional tahun ini. Dari segi administrasi, Afni menyebutkan, Rohana Kudus sudah memenuhi syarat. 

Apalagi perjalanan tim pengusul di Sumbar dalam membawa nama Rohana Kudus sudah dimulai sejak lebih dari satu dekade lalu. Rohana Kudus juga pernah menerima tanda jasa Bintang Jasa Utama Madya dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2007.

Pembina Organisasi Rohana Kudus Nevi Zuairina Irwan Prayitno mengaku belajar banyak dari pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya dalam membawa nama Rohana Kudus sebagai kandidat Pahlawan Nasional. Mengacu pada permintaan Kementerian Sosial, Nevi berjanji akan mengemas pengajuan Rohana Kudus dengan melampirkan peninggalan-peninggalan jurnalis perempuan itu yang masih ada hingga kini.

"Mungkin akan kami lampirkan Yayasan Amei Setia yang usianya sudah 107 tahun. Akan kami sampaikan tulisan beliau di Soenting Melajoe," kata Nevi.

Proses pengajuan Rohana Kudus sebagai Pahlawan Nasional juga terbilang mepet. Seluruh dokumen harus diserahkan sebelum 11 April 2018 mendatang. 

Setelah itu, 'lobi-lobi' juga akan dilakukan dengan menggandeng Ketua DPR, MPR, DPD dan juga Mufidah Jusuf Kalla selaku Ketua Dewan Kerajinan Nasional. "Poin terpenting, beliau jurnalis perempuan pertama di Indonesia dan kedua, beliau memiliki sekolah kerajinan yang sampai sekarang masih ada muridnya, masih ada kerajinannya, dan menjadi ikon Koto Gadang saat ini," jelas Nevi.

Kiprah Rohana

Rohana Kudus lahir di Koto Gadang, Kabupaten Agam, 20 Desember 1884, dengan nama Siti Roehana. Ia merupakan saudara tiri Perdana Menteri pertama RI Soetan Syahrir, bibi dari penyair terkenal Chairil Anwar, serta sepupu H Agus Salim.

Jasa Rohana Kudus di antaranya mendirikan sekolah Kerajinan Amai Setia (KAS) di Koto Gadang pada 1911. Sekolah yang mendidik keahlian anak-anak perempuan ini merupakan tindak lanjut dari dideklarasikannya perkumpulan perempuan Kerajinan Amai Setia, yang dipimpin Rohana, pada 11 Februari 1911.

Kiprahnya di dunia jurnalistik dimulai dari Surat Kabar Poetri Hindia pada 1908 di Batavia. Koran ini dianggap sebagai koran perempuan pertama di Indonesia.

Rohana dinilai sebagai perempuan Indonesia pertama yang secara sadar memerankan dirinya sebagai seorang jurnalis. Dia bersedia meliput berita sekaligus menulis untuk kemudian dikirimkan ke media massa.

Saat Poetri Hindia tutup, ia berkiprah di surat kabar Oetoesan Melajoe yang sudah terbit sejak 1911. Pengalamannya mendapat apresiasi dari Datoek Soetan Maharadja alias DSM.

Pemilik Oetoesan Melajoe itu kemudian mendukung Rohana menerbitkan Soenting Melajoe pada 10 Juli 1912. Ia dipercaya untuk mengendalikan surat kabar ini sebagai pemimpin redaksinya.

Inilah perempuan Indonesia pertama yang secara langsung memimpin surat kabar dan secara teknis sangat terlibat dalam tiap-tiap terbitannya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement