Selasa 27 Mar 2018 13:26 WIB

Ketum PBNU: Politik untuk Kepentingan Agama Boleh

Solidaritas masyarakat Indonesia harganya sangatlah mahal.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agus Yulianto
Ketum PBNU Kiai Said Aqil Siradj menerima pengurus PSI di Kantor PBNU, Senin (26/3).
Ketum PBNU Kiai Said Aqil Siradj menerima pengurus PSI di Kantor PBNU, Senin (26/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof KH Said Aqil Suradj mengungkapkan, NU akan membangun demokrasi di Indonesia tanpa menghalalkan segala cara. Namun, menurut dia, yang paling konyol adalah ketika agama dijadikan alat untuk kepentingan politik.

Menurut dia, pandangan seperti itu justru terbalik karena yang benar justru adalah politik harus dijadikan alat kepentingan untuk agama. "Kebalik, justru politik untuk kepentingan agama boleh. Tapi, kalau agama untuk kepentingan politik malah menghancurkan agama, mencoreng, merusak," ujar Kiai Said saat ditanya Republika.co.id di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Senin (26/3).

Kiai Said menuturkan, berdemokrasi dan berpolitik merupakan alat belaka yang tujuannya untuk membangun masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. "Jadi, semua itu alat. Berdemokrasi, berpolitik, itu alat. Tujuannya adalah membangun masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera," ucapnya.

Baca Juga: Pada Ketum PSI, Kiai Said: NU tidak Punya Musuh

Selain itu, Kiai Said juga menjelaskan, solidaritas masyarakat Indonesia harganya sangatlah mahal. Karena itu, dia berharap agar Indonesia tidak seperti negara Irak, Suria, Yaman, ataupum Libia. Karena, menurut dia, di dalam negara-negara tersebut saat ini penuh dengan konflik sehingga tinggal nama saja.

"Yang namanya solidaritas sesama bangsa, sesama umat, sesama manusia, itu sangat mahal sekali," katanya.

Hal ini disampaikan Kiai Said setelag melakukan pertemuan dengan Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Grace Natalie. Karena itu, Kiai Said juga berharap agar PSI bisa mendidik generasi muda sehingga bisa berpolitik dengan mengedepankan akhlak.

"Bagaimanapun PSI kita harapkan dalam berpolitik, mendidik generasi muda terutama, itu berpolitik dengan budaya, dengan berakhlak, tidak menghalalkan segala cara," kata tokoh yang pernah dinobatkan Republika sebagai Tokoh Perubahan Tahun 2012 ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement