Selasa 27 Mar 2018 08:12 WIB

Mengapa Grab Mengakuisisi Uber?

Grab akan menjadi pemain utama layanan pesan-antar makanan di Asia Tenggara.

Rep: Iit Septiyaningsih, Rahayu Subekti/ Red: Budi Raharjo
[ilustrasi] Seorang wanita sedang mengecek ponselnya di sebelah banner iklan Grab di Stasiun Manggarai, Jakarta.
Foto: REUTERS/Agoes Rudianto
[ilustrasi] Seorang wanita sedang mengecek ponselnya di sebelah banner iklan Grab di Stasiun Manggarai, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Grab mengakuisisi operasional Uber di wilayah Asia Tenggara. Kesepakatan bisnis terbesar yang pernah dibuat Grab itu diumumkan ke publik kemarin.

Kendati nilai akuisisi itu belum disebutkan, manajemen Grab telah menyampaikan sejumlah langkah bisnis yang akan dilakukan setelah pengambilalihan operasional Uber itu. Inikah yang membuat Grab berani mengakuisisi Uber?

Dalam keterangan tertulisnya, manajemen Grab menyampaikan rencana bisnis ke depan. Grab bakal mengintegrasikan bisnis layanan pemesanan kendaraan dan pesan-antar makanan milik Uber di wilayah Asia Tenggara ke platform transportasi multimoda serta financial technology (fintech) ke dalam aplikasi Grab.

Melalui penggabungan bisnis ini, Grab juga nantinya menjadi mobile platform online-to-offline (O2O) terbesar di Asia Tenggara sekaligus menjadi pemain utama dalam bisnis layanan pesan-antar makanan. Group CEO and Co-Founder Grab Anthony Tan menjelaskan, Grab menyediakan layanan fundamental paling dibutuhkan bagi konsumen di Asia Tenggara.

Di antaranya, layanan transportasi aman dan terjangkau, layanan pesan-antar makanan, pengiriman paket, layanan pembayaran berbasis ponsel cerdas (mobile), dan layanan keuangan. Dia mengatakan, Grab akan memperluas kepemimpinannya sebagai platform terefisien dari segi biaya di Asia Tenggara.

Grab mengambil alih operasional serta aset-aset Uber di Kamboja, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, juga Vietnam. Sebagai bagian dari akuisisi, Uber akan memiliki 27,5 persen saham di Grab. Kemudian, CEO Uber Dara Khosrowshahi secara berkala bergabung dengan dewan direksi Grab.

"Kami bangga, perusahaan yang didirikan di Asia Tenggara telah tumbuh menjadi platform terbesar. Layanan kami telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari aktivitas harian jutaan konsumen dan menyediakan kesempatan kerja bagi lebih dari 5 juta orang," ujar Anthony melalui keterangan resmi yang diterima Republika.co.id, Senin (26/3).

Ia menegaskan, akuisisi yang diumumkan hari ini menjadi tonggak dimulainya era baru. "Penggabungan bisnis ini melahirkan pemimpin dalam platform dan efisiensi biaya di kawasan Asia Tenggara. Bersama Uber, kini kami berada di posisi semakin tepat untuk memenuhi komitmen kami untuk memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen," tuturnya.

Layanan Grabfood

Pada layanan pesan-antar makanan, Anthony mengatakan, Grab berencana mengembangkan bisnis Grabfood yang telah dimilikinya secara pesat di Indonesia, Thailand, Singapura, dan Malaysia. Grab akan menyatukan bisnis Uber Eats. Nantinya, Grabfood tersedia di seluruh negara besar Asia Tenggara pada semester pertama 2018.

Kemudian, di bidang transportasi, Grab bakal mengembangkan layanan transportasi utamanya. Hal itu meliputi beberapa layanan transportasi yang diilhami dari kearifan lokal dan solusi-solusi mobilitas baru, yang bekerja sama dengan berbagai penyedia layanan transportasi dan produsen kendaraan.

Grab pun berencana berkolaborasi dengan pemerintah serta operator transportasi publik untuk menghubungkan layanan transportasi publik. Hal itu sekaligus menciptakan pengalaman komuter multimoda yang mulus dan terintegrasi.

Baru-baru ini, Grab telah meluncurkan pula marketplace Grabcycle untuk layanan berbagi sepeda perangkat mobilitas pribadi. Kemudian, Grab juga meluncurkan Grabshuttle Plus untuk sejumlah rute bus on-demand yang merupakan pilot dari visi tersebut.

"Selanjutnya, untuk layanan pembayaran dan keuangan, Grab akan terus meningkatkan dan mengembangkan rangkaian layanan yang tercakup dalam Grab Financial. Di antaranya pembayaran mobile, micro-financing, asuransi, serta layanan keuangan lainnya bagi jutaan konsumen yang memiliki akses terbatas terhadap layanan perbankan, micro-entrepreneur, dan usaha modal kecil di kawasan Asia Tenggara," tutur Anthony.

Grabpay sebagai dompet mobile, kata dia, akan tersedia di seluruh negara besar di Asia Tengara pada penghujung 2018. Dengan begitu, makin banyak yang bisa memanfaatkannya.

Anthony menjelaskan, untuk meminimalisasi disrupsi, Grab dan Uber akan bekerja sama untuk segera melakukan migrasi mitra pengemudi, penumpang Uber, pelanggan, rekanan merchant, maupun rekanan pengantaran Uber Eats ke platform Grab. Meski begitu, aplikasi Uber akan tetap beroperasi selama dua minggu ke depan demi memastikan stabilitas para mitra Uber.

Lebih lanjut, kata dia, mitra Uber mereka dapat memperoleh informasi lebih lanjut mengenai persyaratan pendaftaran mitra Grab secara daring melalui www.grab.com/id/comingtogether. "Uber Eats juga akan tetap beroperasi hingga akhir Mei, lalu setelahnya rekanan pengantaran dan restoran Uber akan pindah ke platform Grabfood," kata Anthony menambahkan.

Perlu diketahui, Grab merupakan salah satu mobile platform online-to-offline (O2O) di Asia Tenggara. Dengan lebih dari 5 juta orang menggunakan gabungan dari platform setiap hari.

Saat ini, aplikasi Grab telah diunduh di lebih dari 90 juta perangkat bergerak, serta memberikan penumpang akses terhadap lebih dari 5 juta mitra pengemudi dan agen di Asia Tenggara. Grab pun kini beroperasi di 195 kota di delapan negara di Asia Tenggara.

Perusahaan ini menawarkan pilihan layanan transportasi terbanyak, termasuk mobil, motor, taksi, bahkan layanan carpooling, sebagai tambahan dari layanan pengantaran paket dan pesan-antar makanan. Ada pula Grab Financial yang bertujuan meningkatkan akses terhadap layanan nontunai untuk jutaan konsumen Grab di seluruh Asia Tenggara.

Managing Director Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata mengatakan, akuisisi Grab terhadap Uber akan menciptakan platform yang melayani masyarakat Indonesia dengan lebih baik. "Sebagai satu kesatuan, kami akan menggabungkan kekuatan kami ke dalam platform terpadu melayani kebutuhan perjalanan, pengantaran, dan pembayaran jutaan orang setiap harinya di 117 kota di Indonesia," ujar dia.

Ia pun menuturkan, akuisisi ini akan menambah layanan ke penumpang. Pasalnya, dengan jumlah mitra yang lebih besar di platform Grab, kebutuhan transportasi penumpang akan lebih cepat terpenuhi.

"Penumpang dapat menikmati waktu tunggu yang lebih singkat, perjalanan yang lebih nyaman dan terjangkau melalui satu aplikasi. Kami telah mengembangkan program loyalitas konsumen kami, Grabrewards, secara pesat untuk memberikan nilai lebih bagi konsumen kami atas setiap perjalanan yang mereka lakukan dengan Grab," kata Ridzki.

photo
Pelamar antri untuk mendaftarkan diri sebagai pengemudi uberMOTOR, di Jakarta, Rabu (23/5).

Pengemudi Galau

Namun, akuisisi itu rupanya masih menyisakan kerisauan di kalangan pengemudi Uber. Ketua Umum Aliansi Driver Online (ADO) Christiansen FW Wagey mengungkapkan tidak semua pengemudi taksi daring yang menjadi mitra Uber menyambut baik keputusan baru aplikasi tersebut. "Lagi pada galau karena Uber bergabung ke Grab," kata Christiansen kepada Republika, Senin (26/3).

Dia menjelaskan, mitra atau pengemudi taksi daring dari Uber juga ada yang tergabung dalam ADO. Lalu, sebagian besar mengeluhkan keputusan Uber yang bersedia bergabung dengan Grab.

Salah seorang anggota ADO yang juga menjadi pengemudi taksi daring Uber, Normayanti, mengakui dirinya juga menyangkan hal tersebut terjadi. Meskipun begitu, Normayanti mengharapkan dengan bergabungnya Uber ke Grab tidak akan merugikan para mitranya.

"Ya kalau buat saya pribadi, asal tidak merugikan pengemudi Uber, saya sebenarnya tidak keberatan. Tapi kalau sistemnya banyak yang memberatkan, otomatis para driver juga akan teriak lagi," ujar Normayanti.

Terlebih, Normayanti menuturkan, dengan bergabungnya Uber kepada Grab maka harus ada pendaftaran ulang kembali. Pengemudi taksi daring Uber harus melakukan verifikasi data kembali setelah nantinya aplikasi berubah.

Normayanti merasa hal tersebut sangat membingungkan bagi pengemudi Uber. "Tapi driver juga bingung kalau data Uber dan Grab itu ada yang beda. Mungkin driver harus memilih," kata Normayanti.

Padahal, Normayanti merasa saat ini sudah memiliki kenyamanan sebagai pengemudi Uber karena tidak harus mengejar jam insentif. Begitu juga tidak ada target waktu harian per jam yang dibebankan kepada sopir.

Dengan bergabungnya Uber kepada Grab, Normayanti berharap tarif dan penghasilan yang diterima pengemudi bisa bertambah. Dia juga berharap nantinya tarif bisa sesuai dengan peraturan pemerintah.

Meski sudah resmi bergabung, aplikasi Uber saat ini masih tetap beroperasi selama dua pekan ke depan. Hal itu dilakukan untuk memastikan stabilitas para mitra Uber.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement