REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Media Survei Nasional (Median) Rico Marbun menilai posisi Prabowo Subianto saat ini memang sangat dilematis. Di satu sisi hasil survei Partai Gerindra terus naik, tetapi di sisi lain survei untuk calon presiden (capres) Prabowo cenderung stagnan atau turun.
Indikator ini menunjukkan bahwa publik yang memilih Gerindra tidak segaris lurus dengan Prabowo di posisi capres. Padahal seharusnya, jelas dia, ada kelompok umat Islam yang bisa mendukung Prabowo. Namun, kenyataan sebaliknya.
"Artinya, kelompok umat Islam dan pendukung Gerindra ini cenderung berharap capres baru yang alternatif, dengan kelompok Islam merepresentasikan suara kelompok 212. Sekarang di Pak Prabowo, apakah dia ingin memosisikan king makers atau tidak," kata Rico kepada wartawan, Ahad (25/3).
Ia melihat posisi dilematis Prabowo ini sama seperti posisi dilematisnya Megawati saat Pilpres 2014 lalu. Megawati menjelang Pilpres 2014 lalu digadang-gadang sebagai capres, walaupun secara elektabilitas tidak tinggi. Sedangkan, ada pilihan lain mendorong capres baru, dan Megawati sebagai king maker kemenangan Jokowi pada 2014.
Menurut dia, kalau ada kelegawaan dilakukan Prabowo pada Pilpres 2019 mendatang maka proses seleksi capres baru dan alternatif dari kalangan umat Islam jauh lebih mudah. Siapa pun dia, apakah Gatot Nurmantyo, Tuan Guru Bajang (TGB), atau Anies Baswedan.
Kalau kelegawaan Prabowo ini tidak terjadi, ia yakin poros ketiga akan sulit diwujudkan. Karena poros ketiga akan kehilangan dukungan dengan sendirinya, bila tidak bergerak lurus dengan harapan rakyat yang tidak puas dengan kinerja pemerintahan Jokowi. "Sehingga, poros ketiga ini akan tersingkir dengan sendirinya," ucapnya.