Senin 26 Mar 2018 05:59 WIB

Indonesia 2030, Maju atau Bubar?

Ghost Fleet untuk mengantisipasi perseteruan antara dua raksasa ekonomi dunia.

Adiwarman Karim
Foto:

Singer dan August Cole, penulis buku Ghost Fleet, mengingatkan kita untuk mengantisipasi perseteruan antara dua raksasa ekonomi, yaitu Cina dan AS. Perebutan pengaruh dua raksasa ini akan terasa imbasnya pada negara-negara lain. Indonesia sebagai salah satu negara besar pada 2030 juga akan ditarik-tarik masuk dalam perseteruan dua raksasa itu.

Buku yang ditulis dalam gaya novel dengan bahasa yang renyah ini ditulis berdasarkan dua buku mereka terdahulu yang lebih serius, yaitu Wired for War: The Robotics Revolution and Conflict in the 21st Century dan Cybersecurity and Cyberwar: What Everyone Needs to Know. Itu sebabnya meskipun ditulis dalam gaya novel, Ghost Fleet memiliki catatan referensi sampai 400 end-notes.

Buku ini banyak mendapatkan pujian karena berhasil menggambarkan perseteruan kekuasaan dunia dengan bahasa yang mengalir sekaligus menyajikan data faktual hingga membuat pembacanya larut seakan skenario itu benar-benar akan menjadi kenyataan.

Kritik tajam atas buku tersebut disampaikan Philip Michael Murphy dalam artikelnya, “Reading 'Ghost Fleet' is a Mistake”. Kesalahan utama buku itu, menurut dia, adalah menganggap hanya Cina yang memiliki kemajuan teknologi sedemikan hebatnya, sedangkan teknologi AS diam di tempat. Kesalahan asumsi inilah yang membuat skenario kekalahan AS.

Secara lebih terperinci, Murphy menyebutnya asimetris kapabalitas siber, asimetris kemampuan informasi, dan asimetris niat dan tujuan. Cina digambarkan sangat superior secara strategis, operasional, dan taktis daripada AS.

Terlepas dari kritik itu, buku ini sangat relevan untuk mengantisipasi ketahanan nasional Indonesia. Penggunaan ibarat the second Timor war seakan mengingatkan kita untuk tidak berpecah belah, melepaskan diri satu per satu dari Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta ini.

Bukankah dulu kita porak poranda berhasil dikuasai asing karena strategi devide et impera yang memecah belah Indonesia? Nilai-nilai ekonomi syariah merupakan faktor perekat ketahanan ekonomi nasional. Tidak perlu risau dengan peringkat buncit Indonesia dalam ekonomi syariah atau pangsa pasar yang masih kecil.

Bukankah dulu pada abad ke-18 AS juga peringkat buncit ekonomi dunia dibandingkan Belanda, Portugis, dan Spanyol? Indonesia, bersiaplah memimpin dunia pada tahun 2030!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement