Senin 26 Mar 2018 05:59 WIB

Indonesia 2030, Maju atau Bubar?

Ghost Fleet untuk mengantisipasi perseteruan antara dua raksasa ekonomi dunia.

Adiwarman Karim
Foto:

Dari sisi total populasi, negara-negara yang akan menguasai dunia pada 2030 ini juga memiliki kesamaan. Cina dan India di kelas di atas 1 miliar, yaitu masing-masing Cina memiliki populasi 1,4 miliar jiwa dan India 1,2 miliar jiwa. Di kelas di atas 200 juta jiwa dihuni oleh tiga negara. AS dengan 313 juta jiwa, Indonesia 245 juta jiwa, dan Brasil 203 juta jiwa.

Dari sisi ideologi ekonomi, masing-masing negara juga memiliki nilai-nilai keyakinan yang hidup dalam masyarakatnya. Cina dengan budaya ribuan tahun sangat kental dengan nilai-nilai Konfusiasme, India sejak lama identik dengan nilai-nilai Hinduisme, AS selama ratusan tahun sangat diwarnai dengan nilai-nilai neokapitalisme, Brasil sangat lekat dengan nilai-nilai Katolik, dan Indonesia tempat tumbuh suburnya nilai-nilai Islam.

Merujuk data pertumbuhan ekonomi negara-negara ekonomi terbesar dunia, selama kurun waktu 2007-2016 hanya ada tiga negara yang tumbuh di atas empat persen per tahunnya. Cina di urutan pertama dengan pertumbuhan 9,0 persen, India dengan pertumbuhan 7,4 persen, dan Indonesia dengan pertumbuhan 5,6 persen. Brasil jauh di bawah, hanya 2,0 persen, Rusia 1,6 persen, AS bahkan hanya 1,3 persen.

Merujuk data Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF), pertumbuhan ekonomi global dalam kurun waktu 2017-2019 diprediksi masih ditopang oleh empat kekuatan besar. Cina menyumbangkan 35,2 persen dari total pertumbuhan ekonomi dunia.

AS memberikan kontribusi 17,9 persen, India 8,6 persen, dan Uni Eropa 7,9 persen dari total pertumbuhan ekonomi dunia. Di urutan kelima adalah Indonesia yang menyumbangkan 2,5 persen dari pertumbuhan ekonomi dunia.

Deloitte dalam riset mereka, “Global Human Capital Trends 2017”, menggambarkan pentingnya teknologi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Laju percepatan perubahan teknologi menduduki urutan pertama, jauh melebihi percepatan kapasitas individu di urutan kedua. Generasi non-millennial harus bersusah payah menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi.

Percepatan bisnis di urutan ketiga tertatih-tatih menyesuaikan diri dengan cara kerja para millennial dan kebijakan regulasi pemerintah berada di urutan terakhir. Tidak aneh bila kebijakan pemerintah selalu tertinggal dalam menyikapi perubahan teknologi, perubahan generasi populasi, dan perubahan bisnis.

Dalam kaitan perubahan teknologi ini, merujuk pada Global Islamic Economy Report 2016/2017, Indonesia memiliki populasi millennial dengan keterlibatan tertinggi. Gerakan ekonomi syariah di Indonesia ternyata mampu menarik paling banyak, secara proporsional, kaum millennial yang sangat akrab dengan teknologi dibandingkan negara-negara berpopulasi Muslim lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement