Jumat 23 Mar 2018 21:20 WIB

Kapolri Yakin Pilkada Serentak di 171 Daerah akan Aman

Kapolri yakin panasnya Pilkada DKI Jakarta 2017 tidak akan terjadi pada tahun ini.

Rep: S Bowo Pribadi/ Red: Andri Saubani
Kapolri Jenderal Polisi Muhammad Tito Karnavian saat melakukan kunjungan ke Jambi meresmikan Masjid Baiturrahman di Mapolresta Jambi, Jumat (23/3).
Foto: Republika/Arif Satrio Nugroho
Kapolri Jenderal Polisi Muhammad Tito Karnavian saat melakukan kunjungan ke Jambi meresmikan Masjid Baiturrahman di Mapolresta Jambi, Jumat (23/3).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pimpinan Polri menegaskan pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak 2018 di tanah air bakal relatif lebih aman. Kapolri Jendral Polisi Tito Karnavian menyebut, ada beberapa alasan mengapa kontestasi yang bakal berlangsung di 171 daerah, di tanah air ini bakal lebih kondusif.

"Anda takut, nanti akan rame- rame seperti Jakarta, enggak," ungkapnya, saat meresmikan gedung Mapolda Jawa Tengah, di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (23/3).

Di DKI Jakarta, jelas Tito, ada empat elemen yang muncul. Elemen pertama elemen sentimen karena ketidaksukaan pada figur tertentu, karena cara berbicara. Kedua, elemen latar belakang (keturunan). Ada juga elemen yang ketiga perbedaan agama dan yang keempat elemen mengenai perbedaan partai pendukung antara oposisi dan pemerintah.

Tetapi di 171 daerah yang akan menggelar pilkada serentak, ke empat elemen ini tidak ada yang muncul. Karena kalau dari partai politik banyak sekali yang bersinggungan antara partai pendukung pemerintah dan yang oposisi.

"Karena itulah politik, tidak ada kawan yang abadi, tidak ada lawan yang abadi dan yang ada adalah kepentingan yang abadi," katanya.

Kapolri menambahkan, ingin memberikan koreksi jika 2018 dan 2019 ini bukan tahun politik, namun tahun pesta demokrasi. "Itulah istilah yang selalu saya gunakan kepada jajaran Polri. Jangan gunakan bahasa tahun politik, tapi gunakan pesta demokrasi," katanya.

Menurut Kapolri, maknanya mungkin bisa sama, tetapi kata- kata tersebut bermakna dalam. Kalau menyebut tahun politik, banyak orang yang ketar- ketir, ketakutan karena konotasinya mau bertarung hingga investor menjadi takut.

"Nanti yang menang kira-kira berubah nggak kebijakannya. Makanya mereka menarik dulu ini investasi dan mereka wait and see," lanjutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement