REPUBLIKA.CO.ID, BANGLI — Seorang istri melakukan bunuh diri dengan cara gantung diri di sebuah pohon Juwet akibat depresi berat dengan tekanan hidupnya. Dia harus merawat suaminya yang sakit epilepsi dan sering kambuh ditambah merawat anak-anak mereka.
“Motif bunuh diri diduga karena depresi akibat beban hidup yang berat karena suami mengidap penyakit epilepsi dan sering kambuh sehingga membebani hidup korban yang harus mengurus anak-anaknya juga," Humas Polres Bangli Ajun Komisaris Sulhadi, Jumat (23/3).
Dia menyebutkan korban bunuh diri bernama Ni Wayan Armini (23 tahun), ditemukan tergantung di pohon Juwet, Kamis (22/3) pukul 17.00 Wita. “Sudah dalam keadaan meninggal dunia. Dengan menggunakan selendang warna merah sepanjang tiga meter," kata Sulhadi.
Lokasi kejadian bunuh diri tersebut di Banjar Bukit Tungtung, Desa Songan B, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Menurut AKP Sulhadi, kronologis kejadian pada Kamis, yakni korban Ni Wayan Armini dengan suaminya I Mustawan (25) sempat makan bersama di rumah. Usai makan, korban pergi ke dapur, tetapi tidak kunjung kembali.
Suami kemudian pergi mencari istrinya Suami mencari di sekitar rumah, tetapi ternyata istrinya tidak ada.
Suaminya kemudian mencari ke kebun dan menemukan istrinya sudah tergantung di batang pohon Juwet. Kemudian, suaminya berteriak-teriak minta tolong.
Seorang saksi, yakni I Gede Suka mendengar teriakan Mustawan langsung datang ke lokasi. Beberapa menit kemudian, warga sekitar datang ke lokasi kejadian dan melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Kintamani.
Tim gabungan Polsek Kintamani dan Puskesmas Kintamani kemudian datang ke lokasi kejadian, Kamis pukul 19.30. Dokter Dewa Gede Putra kemudian melakukan pemeriksaan lokasi kejadian atau olah Tempat Kejadian Perkara (TKP), medis, interogasi para saksi kemudian menyimpulkan korban diduga kuat meninggal akibat bunuh diri dengan cara gantung diri.
"Hasil pemeriksaan luar pada tubuh korban ditemukan cairan yang dari alat kelamin, ada luka jerat pada leher, ditemukan kotoran pada anus, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban," kata Humas Polres Bangli itu.
Ia mengemukakan dengan peristiwa bunuh diri ini, sudah ada 15 orang bunuh diri di Kabupaten Bangli hingga Maret 2018. "Tahun 2017, jumlah korban bunuh diri ada 18 orang. Tahun 2016, ada 16 orang. Tahun 2018, hingga Maret sudah ada 15 korban bunuh diri. Semoga ini yang terakhir," katanya.