Kamis 22 Mar 2018 19:42 WIB

Polri akan Tindak Tegas Penyebar Hoaks Telur Palsu

Polri akan menindak tegas siapapun yang menyebarkan hoaks telur palsu di Medsos.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Bayu Hermawan
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Setyo Wasisto
Foto: RepublikaTV/Fian Firatmaja
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Setyo Wasisto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polri menegaskan akan menindak pelaku penyebar kabar palsu atau hoaks telur palsu di media sosial (Medsos). Polisi akan memantau selama satu pekan kedepan, jika masih ada yang menyebarkan hoaks telur palsi akan ditindak tegas.

"Kami berikan jangka waktu. Ini kita pantau terus, cyber patrol di multimedia akan memantau, kalau seminggu masih beredar terus, harus ada tindakan hukum. Artinya ada yang sengaja mengupload, mengedarkan, ada kesengajaan," kata Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri, Inspektur Jenderal Polisi Setyo Wasisto di Markas Besar Polri, Jakarta, Kamis (22/3).

Untuk saat ini, kata Setyo, kepolisian masih menangani isu itu dengan persuasif. Caranya dengan melakukan pemberitahuan bahwa tidak ada temuan telur palsu. Namun, jika isu telur palsu ini masih beredar maka pihaknya tidak segan untuk mencari pelakunya. Setyo, yang juga Kepala Satgas Panganmengatakan, tidak menutup kemungkinan adanya aktor intelektual di balik isu telur hoax ini.

"Bisa jadi (ada aktor intelektual). Dia munculkan di Aceh, di Sumbawa, Jakarta, dia munculkan lagi di tempat lain. Ini ada yang mensetting tidak sih? Kita kan punya alat semua," kata dia.

Perkembangan isu telur palsu terus dipantau di sosial media. Tim siber akan menelusuri pihak mana yang masih saja menyebarkan berita bohong tersebut dan akan menggali apakah ada dalang dibalik isu tersebut.

"Kalau ini masih jadi tranding topik terus, kita cari influensernya siapa nih, kalau influencernya jelas, kita akan profiling siapa yang main di sini," ucap Setyo.

Mantan Wakil Kepala Badan Intelijen dan Keamanan Polri ini menambahkan, masalah pangan selalu menjadi perkara di Indonesia. Hal ini bahkan dinilainya bisa menganggu stabilitas keamanan.

Bahkan bisa meruntuhkan negara.Zaman Pak Harto dulu jatuh gara-gara masalah pangan. Zaman Bung Karno jatuh juga gara-gara beras. Ini jangan sampai dimanfaatkan orang-orang yang tidak bertanggung jawab dengan menyatakan kalau ini palsu," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement