REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pidato Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto tentang hasil kajian internasional yang menyebut Indonesia bakal bubar pada 2030, ramai diperbincangkan masyarakat. Bahkan, pidato itu menjadi viral di media sosial.
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Din Syamsuddin mengakui saat ini di Indonesia telah muncul indikator yang bisa meruntuhkan negara. Salah satunya, ketidakmerataan ekonomi masyarakat.
"Ada variabel dari negara gagal itu sudah ada di Indonesia semacam adanya keganjilan dalam penyebaran aset nasional tidak merata dan Indonesia masuk dalam kategori itu," ujarnya di Jakarta, Kamis (22/3).
Namun, ia mengaku tidak sepakat dengan pernyataan mantan Danjen Kopassus tersebut. Sebab, jika ditinjau dari variabel lainnya, Indonesia tidak masuk dalam kategori negara gagal.
"Saya tidak sepakat karena saya berkeyakinan Insya Allah Indonesia tidak bubar. Faktor yang bisa membawa kebubaran yang bisa meruntuhkan harus kita akui cuma saya tidak sampai pendapat, tidak terjatuh dalam indikator negara gagal," ucapnya.
Din juga memiliki keyakinan anak muda bangsa mampu berkomitmen kepada Indonesia. Atas dasar itulah Din tidak setuju dengan pendapat Prabowo yang menyebut pada 2030 negara ini akan bubar.
"Selama ada anak bangsa yang punya komitmen pada Indonesia kita yakin Indonesia tidak akan bubar, ada kekurangan harus diisi boleh terbuka pada kritik terutama yang bersifat solutif, tidak boleh ada sensi terhadap kritik apalagi mengancam," ungkapnya.
"Tidak elok seyogyanya ancaman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara karena itu adalah orientasi yang mengedepankan otot. Lalu ada reaksi itulah yang menganggu kerukunan beragama," ucapnya.