REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Satuan Tugas Pangan Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto mengungkapkan, kemunculan hoaks telur palsu di media sosial menyebabkan masyarakat menjadi ragu untuk mengonsumsi telur. Hal ini pun berimbas pada turunnya pendapatan dari peternak maupun pedagang telur.
"Kalau dirata-rata (penurunan omzet) 30-40 persen," kata Setyo di Markas Besar Polri, Jakarta, Selasa (21/3).
Menurut Setyo, informasi dari sejumlah asosiasi pengusaha telur menyebutkan telah muncul keraguan di masyarakat untuk membeli telur belakangan ini. Hal ini, dia mencontohkan, ditunjukkan para pembeli di Pasar Induk yang bertanya mengenai keaslian telur.
"Dari pasar induk mau beli nanya ini telur asli apa palsu, ini bahaya," ujar Setyo yang juga merupakan Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri ini.
Petugas saat mengecek kandungan telur. (Republika/Putra M Akbar)
Padahal, Setyo melanjutkan, keberadaan telur palsu sejauh ini tidak ditemukan. Sebab, teknologi untuk membuat telur palsu ini menurutnya terlalu mahal. Apabila isu telur palsu terus berkembang, dia mengatakan, hal itu akan memberikan dampak yang negatif bagi masyarakat.
“Kalau ini diterima terus kemudian orang tua ragu ragu-ragu beli telur peternak akan hancur, kedua berdampak ke tenaga kerja, kalau berdampak ke tenaga kerja berpengaruh ekonomi, tapi yang berbahaya asupan gizi anak anak kita," ujar dia.
Menindaklanjuti hal ini, Polri akan memantau ranah siber. Pihaknya pun akan membicarakan dengan asosiasi terkait untuk melakukan counter hoaks telur palsu ini. Langkah ini agar keraguan masyarakat untuk mengonsumsi telur hilang.
"Nanti kami akan bicarakan dengan asosiasi peternak ayam telur maupun boiler dampaknya kami akan bahas. Kami akan mengajak seluruh stakeholders yang terkait dengan pertanian," ucap Setyo.