Rabu 21 Mar 2018 13:49 WIB

Sandiaga Ajak Warga DKI Setop Gunakan Air Tanah

Penggunaan air tanah secara masif menyebabkan penurunan muka air tanah di Ibu Kota.

Rep: Sri Handayani/ Red: Endro Yuwanto
Gubernur DKI Jakarta memimpin apel tim pengawas sumur resapan, penggunaan air tanah, dan pengolahan air limbah di Intiland Tower, Jalan Sudirman, Jakarta Pusat, Jumat (16/3).
Foto: Republika/Sri Handayani
Gubernur DKI Jakarta memimpin apel tim pengawas sumur resapan, penggunaan air tanah, dan pengolahan air limbah di Intiland Tower, Jalan Sudirman, Jakarta Pusat, Jumat (16/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno mengajak warga DKI menghentikan penggunaan air tanah dan beralih ke perpipaan. Penggunaan air tanah secara masif telah menyebabkan penurunan muka air tanah di Ibu Kota mencapai tujuh sentimeter per tahun.

Sandiaga akan terlibat dalam gerakan menyetop penggunaan air tanah. Ia akan memulai gerakan itu dari sekitar tempat tinggalnya di Selong, Kebayoran Baru.

"Saya nyatakan untuk daerah sini (Kebayoran Baru), kami mulai. Jangan kaget kalau lihat cracking house, misalnya, terbelah jalan. Orang bilang ada gempa. Enggak, ini simpel aja karena tanahnya turun dan bangunannya enggak kuat menyangganya," kata Sandiaga di kediamannya, Jalan Pulombangkeng, Kelurahan Selong, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (21/3).

Sandiaga akan menyebarkan pamflet secara langsung kepada masyarakat. Pamflet yang berisi ajakan menyetop penggunaan air tanah itu akan dibagikan sambil ia lari pagi.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, hanya 4,30 meter kubik per detik imbuhan air hujan yang masuk ke dalam tanah. Angka ini tidak sebanding dengan pengambilan air tanah dangkal di wilayah DKI Jakarta sebesar 13,75 meter kubik per detik.

Total jumlah air tanah dangkal (akuifer tidak tertekan) maksimal yang dapat diambil adalah sebesar 36,17 juta meter kubik per tahun. Pengambilan air tanah dangkal yang berlebihan menyebabkan terjadinya intrusi air laut dan penurunan permukaan tanah.

Dinas Lingkungan Hidup DKI melalui keterangan tertulis menyampaikan, pemanfatan sumber daya air tanah di DKI Jakarta sudah melebihi daya dukungnya. Hal ini disebabkan belum terjangkaunya cakupan layanan jaringan air perpipaan dan belum terpenuhinya kualitas maupun kontinuitas ketersediaan air oleh penyelenggara penyediaan air perkotaan DKI Jakarta.

Selain itu, terbatasnya sumber daya air tawar di daratan pulau dan bertambahnya penduduk di pulau menyebabkan peningkatan konsumsi air tanah. Apabila penyedotan air tanah telah melebihi kapasitas air tanah untuk pulih maka akan terjadi intrusi air laut hingga sumber air setempat akan menjadi payau hingga asin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement