REPUBLIKA.CO.ID, TIMIKA -- Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengajak warga Suku Kamoro yang mendiami wilayah pesisir Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, agar menjaga keberlangsungan ekosistem kepiting bakau. Menteri Susi menegaskan di Timika bahwa kepiting betina yang sedang bertelur sebaiknya tidak diambil dari alam untuk dijual karena dikhawatirkan suatu saat bisa punah
Saat meluncurkan program budidaya pembesaran kepiting bakau kerja sama Dinas Perikanan Mimika dengan PT Freeport Indonesia bertempat di Mil 10, kawasan Portsite Amamapare, Timika, Selasa (20/3). "Yang harus dipastikan, sesuai dengan Permen yang saya terbitkan yaitu keberlanjutan dimana kalau bisa kepiting-kepiting bertelur itu tidak dijual atau diambil. Saya lihat di Australia itu yang betina tidak diambil lagi maka jumlahnya akan makin banyak di alam. Saya mohon dengan sangat agar bibit yang di alam tetap dijaga keberadaannya," ujar Menteri Susi.
Susi menyambu baik program budidaya pembesaran kepiting bakau (kepiting jenis jantan) dengan metode bola kepiting (crab ball) yang dilakukan PT Freeport dengan memberdayakan masyarakat Suku Kamoro pada lima desa Daskam di wilayah dataran rendah Mimika.
"Apa yang dilakukan ini sangat baik. Namun yang perlu dijaga yaitu tidak mengambil kepiting yang sedang bertelur sehingga jumlahnya lebih banyak lagi di alam. Kalau bisa budidayakan yang jantan, sedangkan yang betina dilepas tetap di perairan supaya berkembang biak," ujarnya.
Menurut Menteri Susi, sangat dibutuhkan upaya serius menjaga kelangsungan bibit-bibit plasmanurfa kepiting tetap tersedia dalam jumlah cukup banyak di kawasan hutan bakau di wilayah dataran rendah Mimika. Sebab dari berbagai kasus yang ada, budidaya ekosistem apapun dengan mengambil atau memburu plasmanurfa secara berlebihan justru akan memusnahkan ekosistem itu sendiri.
"Kebanyakan dari kita selalu berpikir budidaya dengan mengambil bibit dari alam. Kita lupa bahwa plasmanurfa yang ada di alam itu juga harus kita jaga," tutur Menteri Susi.
Ia mencontohkan semakin punahnya ikan Sidat di Pulau Jawa dan udang Lobster di beberapa tempat di Indonesia lantaran perburuan masif untuk mengambil plasmanurfanya dari alam. "Yang kita harus ingat, tidak ada anak maka tidak ada bibit. Tidak ada bibit maka tidak akan ada anak. Kalau mata rantai ini diputus maka suatu saat ini akan habis. Jangan sampai dengan budidaya maka kita ambil sebanyak-banyaknya untuk kita besarkan lalu tidak meninggalkan induk-induknya yang ada di alam," kata Menteri Susi mengingatkan.
Wakil Presiden Direktur Eksekutif PT Freeport Bidang Pembangungan Berkelanjutan Sony Prasetyo mengatakan program budidaya pembesaran kepiting bakau di Mimika telah dilakukan sejak 2017. Program tersebut dikhususkan kepada masyarakat Suku Kamoro yang mendiami wilayah pesisir Mimika, terutama yang bermukim di lima kampung dekat area pengendapan pasir sisa tambang PT Freeport.
Melalui program budidaya pembesaran kepiting tersebut, warga Kamoro diharapkan menjaga kelangsungan ekosistem kepiting bakau di Mimika, tetapi juga dapat memperoleh manfaat ekonomis tambahan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.