Selasa 20 Mar 2018 04:14 WIB

TGB dan Kaum Santri

Tuan Guru Bajang (TGB) dapat dukungan dari penggerak aksi jalan 212 Ciamis.

Rep: M Nursyamsi/ Red: Didi Purwadi
Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) menyampaikan tausiah di Masjid Salman ITB, Bandung, Jawa Barat (Jabar), Jumat (16/3).
Foto: dok. Humas Pemprov NTB
Gubernur NTB TGH Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) menyampaikan tausiah di Masjid Salman ITB, Bandung, Jawa Barat (Jabar), Jumat (16/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Tuan Guru Haji (TGH) Muhammad Zainul Majdi, belum mendeklarasikan diri maju dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2019. Meskipun demikian, gelombang dukung kaum santri semakin kencang mendukung gubenur yang lebih dikenal dengan sebutan Tuan Guru Bajang (TGB) itu maju sebagai calon presiden ataupun calon wakil presiden.

Itu setidaknya terlihat dalam dua bulan terakhir. Dukungan muncul dari Pulau Sumatra hingga Pulau Jawa. Ratusan santri Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah Ar-Raudlatul Hasanah, Medan, Sumatra Utara menyambut antusias kehadiran TGB pada 23 Februari.

Di Jambi, TGB bersama Ustaz Abdul Somad berduet memberi tausiah di Masjid Al Ihsaniah, Kota Seberang, Kamis (1/3). Keakraban keduanya terlihat ketika sama-sama meninggalkan Masjid Al Ihsaniah dengan naik perahu mengarungi Sungai Batanghari, sungai terbesar dan tepanjang di Sumatra.

Dukungan juga datang dari ujung Sumatra, yakni Aceh. Di provinsi yang dikenal dengan julukan ‘Serambi Makkah’ itu, TGB disebut sebagai ‘Special Edition’ saat mengisi ceramah usai shalat shubuh berjamaah di Masjid Kopelma, Universitas Syah Kuala, Aceh, Jumat (2/3). Tulisan ‘Shubuh Education’ dan ‘Special Edition’ mewarnai latar belakang spanduk yang terpampang menyambut kehadiran TGB.

TGB mendapat sambutan hangat ketika mengunjungi sejumlah pondok pesantren di Jawa Tengah.  Alumnus Al Azhar Mesir ini melakukan silaturahim ke Ponpes Modern Islam As Salam (Sukoharjo), Ponpes Raudlatul Ulum (Pati), Masjid Jami Lasem (Rembang), dan Ponpes Fadllul Wahid (Grobogan).

Di Rembang, TGB tidak melewatkan kesempatan bersilaturahim ke kediaman KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen di Ponpes Al Anwar. TGB disambut senandung Syubbanul Wathan dari marching band santri Ponpes Al Anwar. ‘’Senang sekali dikunjungin TGB. Begitu dapat kabar TGB mau datang, saya minta santri siapkan yang terbaik," ujar Mbah Moen, ulama karismatik Nahdlatul Ulama.

Pimpinan Ponpes Raudlatul Ulum, KH Abdullah Umar Fayani atau Gus Umar, juga menyambut gembiran kehadiran TGB di ponpesnya. "Beliau (TGB) ini. kalau di Jawa, itu Satrio Pinandito, ya ulama, ya umaro (pemimpin pemerintahan)," ujar Gus Umar di Ponpes Raudlatul Ulum, Pati, Sabtu (17/2). "Kalaupun akhirnya beliau (TGB) go nasional, saran saja jangan terlalu banyak gunakan bahasa Arab, nanti banyak yang enggak paham kalau pidatonya pakai bahasa Arab, lebih baik pakai bahasa Betawi," ucap Gus Umar disambut gelak tawa para santri.

TGB menutup agenda silaturahim di Jawa Tengah dengan menghadiri haul KH Abdul Wahid Zuhdi ke-X dan Hj Badrrotun Muniroh Muslih ke-XII di Ponpes Fadllul Wahid. Silaturahimnya berlanjut ke sejumlah ponpes di Jawa Timur.

TGB bersilaturahim ke kiai-kiai di Sidoarjo. Tempat pertama yang ia sambangi ialah kediaman pengasuh Ponpes Progresif Bumi Shalawat, KH Agoes Ali Masyhuri. KH Ali mengaku sempat berkunjung ke Lombok beberapa waktu lalu saat Musyawarah Nasional (Munas) Nahdlatul Ulama (NU), namun tidak sempat bertemu dengan TGB. KH Ali berjanji akan kembali ke Lombok dan menyambangi kediaman TGB. "Tak turoni omahmu sesok (saya menginap di rumahmu besok)," ujar KH Ali dengan gayanya yang khas.

Setelah dari Bumi Shalawat, TGB bersilaturahim dengan pengasuh Ponpes Bahauddin Al Islamy, KH Sholeh Qosim. Meski usianya sudah menyentuh 88 tahun, KH Sholeh masih tampak semangat saat berbincang dengan TGB. KH Sholeh mendoakan agar TGB diberikan kesehatan dan keberkahan dalam hidupnya.

Ribuan jamaah memadati Masjid Al Falah, Surabaya, Ahad (11/2) untuk mendengarkan ceramah subuh dari TGB. Di Madura, TGB disambut hangat oleh pengasuh Ponpes Al Hamidy, RKH Muhammad Rofi'i Baidhawi, Senin (12/2).

"Yang saya kagumi, di sela-sela kesibukannya, (TGB) masih sempatkan diri untuk dakwah," ujar Kiai Rofi'i.  "Selama menjadi gubernur (NTB), (TGB) bisa dikatakan sukses. Sebaiknya tuan guru setelah selesai mengemban amanah menjadi gubernur, kami harap pindah kantor, bukan di NTB, tapi di Jakarta, yang di deket Monas itu loh.’’

Sambutan tak kalah meriah ketika TGB bersilaturahim ke Jawa Barat. Ratusan santri menyambut TGB saat tiba di Ponpes KHAS Kempek, Cirebon, pada Jumat (2/2) sekitar pukul 18.00 WIB. ‘’Saya merasa senang dengan kedatangan beliau (TGB), kita doakan moga-moga Allah SWT mendudukan beliau (TGB) di tempat yang lebih bermmanfaat lagi bagi Indonesia," kata pengasuh Ponpes KHAS Kempek, Muhammad Musthofa Aqiel.

Pimpinan Ponpes Buntet, KH Adib Rofiuddin, menilai TGB merupakan contoh pemimpin yang sukses dalam membangun daerahnya. "Beliau (TGB) bagus sekali dari sisi akhlak dan ilmunya juga luar biasa, layak sebagai salah satu tokoh nasional, pemimpin nasional juga sangat layak," kata KH Adib saat menyambut kedatangan TGB di Ponpes Buntet, Cirebon, Jumat (2/2).

Ponpes Cintawana telah menantikan kehadiran TGB selama setahun terakhir. "Hampir setahun kami menunggu TGB datang ke sini dan alhamdulillah terwujud juga," ujar Dewan Pesantren Cintawana, KH Irfan Hilmi di Ponpes Cintawana, Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis (15/3). "Keberhasilannya TGB di NTB luar biasa. Menjadi presiden termuda bukan tidak mungkin. Kalau Allah berkehendak, apa pun bisa terjadi.’’

Di Tasikmalaya, TGB juga mendapat dukungan KH Nonop Hanafi yang namanya mencuat setelah menggerakkan aksi jalan kaki 212 Ciamis. Di Bandung, TGB juga mendapat sambutan saat mengisi tausiah di empat lokasi yakni Masjid Istiqamah, Ponpes Darul Ma’arif, UIN dan ITB.

TGB memberikan kuliah umum bertajuk "Satu Dasawarsa Membangun NTB" di Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Jumat (16/3). Usai acara ketika ditanya apakah siap untuk maju dalam Pilpres 2019, TGB memiliki jawaban tersendiri. "Semua anak bangsa tidak boleh mengatakan tidak siap di mana pun dia mengabdi," katanya mantap.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement