Ahad 18 Mar 2018 07:35 WIB

Kementerian LHK Cari Agen Perubahan Pengolah Sampah

Sampah di Indonesia menjadi salah satu sorotan dunia terutama masalah sampah di laut.

Rep: Nur'aini/ Red: Budi Raharjo
Seorang warga memilah sampah plastik yang menumpuk di bibir pantai Muara Angke, Jakarta Utara, Senin (30/1). Kondisi penumpukan sampah yang tak terkendali tersebut menyebabkant air laut menjadi tercemar yang berdampak buruk bagi lingkungan.
Foto: Antara
Seorang warga memilah sampah plastik yang menumpuk di bibir pantai Muara Angke, Jakarta Utara, Senin (30/1). Kondisi penumpukan sampah yang tak terkendali tersebut menyebabkant air laut menjadi tercemar yang berdampak buruk bagi lingkungan.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kementerian LHK) mencari agen-agen perubahan yang akan menerapkan dan menularkan sistem pengolahan sampah dalam peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2018 di Makassar. Acara yang akan dihadiri Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya tersebut dikemas dalam bentuk dialog partisipatif dengan komunitas dan edukasi kepada anggota pramuka di area bebas kendaraan atau Car Free Day, Ahad (18/3).

"Kegiatan ini diharapkan menjadi salah satu faktor pendorong munculnya agen-agen perubahan yang akan menerapkan dan menularkan sistem pengelolaan sampah yang baik, ujar Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 Kementerian LHK, Rossa Vivien Ratnawati, dalam keterangannya, Sabtu (17/3).

Ia mengatakan permasalahan sampah di Indonesia sebagai negara kepulauan menjadi salah satu sorotan dunia terutama masalah sampah di laut. Makassar sebagai salah satu kota pantai dinilai mengalami masalah sampah di laut. Menurutnya, masalah sampah tersebut hanya dapat diatasi dengan kerja kolektif semua komponen masyarakat tanpa terkecuali.

"Kunci dan akar utama dalam pengelolaan sampah adalah persoalan budaya yang berkaitan dengan perilaku dan kebiasaan. Oleh sebab itu, kita harus memulai pengelolaan sampah dari gerakan perubahan perilaku, dengan menjadikan pengurangan sampah sejak dihasilkan atau bahkan penggunaan barang-barang yang tidak menghasilkan sampah (pencegahan sampah), sebagai budaya dan gaya hidup baru," ujarnya.

Menurut Rossa, peringatan HPSN yang digelar pada 21 Februari menjadi pengingat bencana longsor TPA Leuwi Gajah, Cimahi, Jawa Barat. Bencana tersebut dinilai harus mendorong perubahan pola pikir, gaya hidup, dan budaya dalam pengelolaan sampah menjadi lebih baik lagi.

Peringatan HPSN 2018 difokuskan pada pelaksanaan agenda Tiga Bulan Bersih Sampah (TBBS) mulai 21 Januari 2018 sampai dengan 21 April 2018 yang meliputi berbagai gerakan kebersihan di seluruh wilayah Indonesia. "Melalui TBBS yang salah satunya adalah gerakan kebersihan di area CFD, semoga kita dapat menjadi lebih peduli akan kebersihan lingkungan, lebih peduli akan kesehatan kita dan lebih siap mewujudkan Indonesia Bersih Sampah 2020," katanya.

Rossa mengatakan paradigma pembangunan ramah lingkungan adalah satu-satunya pilihan untuk menyejahterakan kehidupan umat manusia dan menyelamatkan dari ancaman bencana ekologis yang dapat menyebabkan kepunahan. Dengan gerakan kebersihan tersebut masyarakat didorong untuk dapat lebih sadar mengurangi penggunaan barang-barang yang berpotensi menimbulkan sampah, memilah, dan memanfaatkan sampah. Gerakan tersebut diharapkan menjadi suatu gerakan kesadaran yang massif yang terus bergulir di semua elemen masyarakat.

Gerakan kebersihan tersebut dinilainya juga harus selalu dikampanyekan. Untuk menciptakan efek bola salju, perlu pula dilakukan kampanye melalui media sosial. Hal itu mengingat media sosial saat ini dianggap paling efektif menjangkau segala lapisan masyarakat.

"Segala upaya yang dilakukan adalah untuk membangun budaya bersih dan sehat mulai dari diri masing-masing yang pada akhirnya merupakan cerminan budaya bangsa yang dapat meningkatkan citra Indonesia di mata dunia," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement