Sabtu 17 Mar 2018 15:24 WIB

'Gerindra-PKS Bisa Tak Calonkan Prabowo'

Prabowo masih memiliki elektabilitas tinggi namun politik Indonesia begitu dinamis.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Elba Damhuri
Ketua Umum dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan) berbincang bersama Presiden PKS Sohibul Iman (kedua kanan), Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (kedua kiri) dan Calon Gubernur Jawa Barat dari Partai Koalisi Asyik, Sudrajat (kiri) saat melakukan pertemuan di Jakarta, Kamis (1/3).
Foto: Antara/Muhammad Adimadja
Ketua Umum dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan) berbincang bersama Presiden PKS Sohibul Iman (kedua kanan), Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (kedua kiri) dan Calon Gubernur Jawa Barat dari Partai Koalisi Asyik, Sudrajat (kiri) saat melakukan pertemuan di Jakarta, Kamis (1/3).

REPUBLIKA.CO.ID JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI), Cecep Hidayat, menilai masih banyak kemungkinan yang bisa terjadi menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Ia beralasan, waktu pendaftaran capres masih panjang dan kondisi politik di Indonesia terbilang dinamis.

Menurut Cecep, salah satu kemungkinan skenario adalah kubu Gerindra dan PKS tidak mencalonkan Prabowo Subianto yang selama ini digadang-gadangkan sebagai calon presiden. "Bisa saja kelompok ini tidak mengajukan Prabowo karena sudah gagal dua kali, dan memutuskan mencari calon yang lebih berpotensial," kata Cecep, Sabtu (17/3).

PDIP menjadi contoh ketika Megawati Soekarnoputri memilih Joko Widodo sebagai capres pada Pilpres 2019, Prabowo pun bisa berbuat demikian. Cecep menjelaskan, penggantinya bisa dari mana saja, baik Gerindra, PKS, maupun sosok di luar.

Ia menyebut Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, sebagai profil yang bisa dimajukan sebagai capres. Juga, ada dari purnawirawan tentara yang pernah memiliki kekuasaan sebagai opsi lain.

Berbicara tentang pilpres, menurut dia, tidak lagi berbicara tentang partai, melainkan individu. Kapabilitas seseorang untuk memenangkan hati masyarakat dan pemilihan umum menjadi poin prioritas setiap kubu.

"Partai sendiri tidak terlalu memperhatikan apakah dari partainya ada yang jadi capres atau cawapres, tapi memikirkan siapa tokoh yang berpotensi menang," Cecep menjelaskan.

Di tengah berbagai kemungkinan, Cecep melihat kubu Gerindra dengan PKS masih dan akan tetap fokus pada satu tujuan. Yakni, mengalahkan Jokowi yang diusung partai lawan dalam Pilpres 2019 sebagai calon presiden.

Untuk menang dari Jokowi, partai oposisi harus mencari sosok yang merepresentasikan mayoritas pemilih dan saling melengkapi. "Kalau memang Prabowo maju, cari pasangan dari kalangan sipil dan mewakili generasi muda," kata Cecep.

Elektabilitas Prabowo masih cukup tinggi, rata-rata 20-30 persen. Sementara Jokowi berada di level 30-40 persen. Belum ada nama capres lain yang memiliki elektabilitas setinggi Prabowo dan Jokowi.

Anies Baswedan memang menanjak elektabilitasnya bersama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Gatot Nurmantyo, dan Tuan Guru Zainul Majdi. Namun sejauh ini belum ada deklarasi atau ucapan langsung dari para tokoh ini untuk maju atau tidak pada Pilpres 2019.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement