REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Abdul Kadir Karding, mengatakan mayoritas lembaga survei rata-rata menempatkan elektabilitas capres Joko Widodo pada persentase 47-52 persen. Ia menilai persentase tersebut belum aman sehingga Jokowi butuh cawapres yang mampu meningkatkan elektabilitasnya.
''Persentase itu belum cukup aman. Artinya, pak Jokowi belum bisa dikatakan pasti jadi (pasti unggul),'' kata Karding dalam diskusi tentang kriteria cawapres Jokowi yang diselenggarakan lembaga kajian Para Syndicate di Jakarta, Jumat.
Karding menilai Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar, merupakan sosok yang pas untuk menaikkan elektabilitas capres Jokowi. Terbukti pada Pilpres 2014, Ketum PKB yang biasa disapa Cak Imin itu mampu mengamankan suara Jokowi-Jusuf Kalla di Jawa Timur.
"Mohon maaf, mungkin kalau suara di Jawa Timur itu hilang, belum tentu pak Jokowi-JK menang. Sebab di Jawa Barat kalah," jelas Karding.
Karding pun menjelaskan cawapres Jokowi harus mampu memperkuat, mengisi dan menyempurnakan visi-misi sehingga dapat berjalan selaras. Sementara, PKB di bawah kepemimpinan Cak Imin sudah mendukung penuh Jokowi sejak awal Pilpres 2014.
Ia menegaskan PKB tidak mau berbasa-basi. PKB meyakini tujuan berpolitik adalah berkuasa demi menyejahterakan rakyat. Oleh karena itu, PKB mencoba mengukur diri dengan mencalonkan ketua umumnya sebagai cawapres.
"Mengapa mencalonkan jadi cawapres bukan capres, karena PKB realistis,'' kata Karding. ''Kalau pak Jokowi cocok, alhamdulilah, namanya juga usaha. Usaha bahwa kami menawarkan kader terbaik kami seorang santri tulen yakni orang yang paham Islam rahmatan lil alamin."
Namun jika Jokowi tidak memilih Cak Imin sebagai wakilnya, Karding menyatakan,"PKB enggak berandai-andai."