REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mardani Ali Sera, mengakui geliat gerakan capres-capres PKS tidak terlalu terekspose ke publik sejak sembilan capres PKS diumumkan pada pertengahan Januari lalu. Menurut salah satu capres PKS tersebut, partainya menggunakan konsep pergerakan yang adem ayem.
Mardani menjelaskan strategi adem ayem PKS layaknya naik mobil manual di jalan bebas hambatan. Untuk sampai tujuan, mereka membutuhkan perpindahan gigi secara bertahap.
"Gigi satu dulu, baru gigi dua, tiga dan seterusnya. Awalnya mulai dengan perlahan, tapi meningkat," ujar Mardani ketika dihubungi Republika.co.id, pertengahan pekan ini.
Mardani merupakan satu dari sembilan capres berasal dari kader PKS. Pada 15 Januari lalu, Majelis Syuro PKS sebagai forum tertinggi memutuskan bakal calon presiden dan kandidat wakil presiden untuk Pemilu 2019. Sebanyak sembilan nama muncul dari hasil musyawarah.
Presiden PKS, Mohamad Sohibul Iman, saat itu mengatakan PKS memajukan nama-nama kader hasil penjaringan internal guna ditawarkan kepada masyarakat dalam suksesi kepemimpinan nasional pada tahun 2019. Dan, sembilan nama bakal calon presiden dan bakal calon wapres hasil penjaringan internal adalah Ahmad Heryawan, Hidayat Nur Wahid, Anis Matta, Irwan Prayitno, Sohibul Iman, Salim Segaf Al Jufri, Tifatul Sembiring, Muzammil Yusuf, dan Mardani Ali Sera.
Setelah penentuan sembilan nama tersebut, kata Mardani, PKS sebenarnya sudah melakukan berbagai kegiatan. Mereka berupaya meningkatkan elektabilitas partai dengan cara dan kekuatan masing-masing.
''Saya menggunakan pendekatan media dan sosial media,'' kata Mardani. ''Anis Matta bergerak di darat, begitupun dengan (capres PKS) yang lain.''
Upaya kedua adalah memenangkan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2018. Mardani menuturkan PKS sudah membagi tugas ke sembilan bakal calon presiden dan wakil presiden untuk bertanggung jawab dalam menyukseskan beberapa Pilkada.
"Hal terakhir, menyiapkan tim kerja untuk pencapresan. Ada tim konten, dewan syariah, media dan lapangan," ucap anggota komisi II DPR itu.