Selasa 13 Mar 2018 15:59 WIB

‘Jokowi akan Pertimbangkan Tiga Hal untuk Gandeng AHY’

Jokowi akan menimbang elektabilitas, popularitas, dan rekam jejak AHY.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Ratna Puspita
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) berjabat tangan dengan Ketua Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (kiri) disaksikan oleh Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) saat membuka Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Demokrat 2018 di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Sabtu (10/3).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) berjabat tangan dengan Ketua Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (kiri) disaksikan oleh Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) saat membuka Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Demokrat 2018 di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Sabtu (10/3).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pengamat politik Universitas Paramadina Toto Sugiarto mengatakan, Joko Widodo (Jokowi) akan mempertimbangkan tiga hal kalau menggandeng Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) pada pemilihan presiden (pilpres) 2019. Dia mengatakan, Jokowi akan menimbang terlebih dahulu mengenai elektabilitas, popularitas, dan rekam jejak atau track record yang dimiliki oleh AHY.

"Apa yang telah dilakukan oleh AHY? Bagaimana elektabilitas AHY? Karena suara rakyat berhubungan track record, elektabilitas, dan popularitas. Apakah AHY mampu menambah suara bagi Jokowi?" kata dia kepada Republika, Selasa (13/3).

Dia berpendapat Demokrat bakal lebih memilih menyandingkan AHY sebagai cawapres Jokowi pada pilpres 2019 mendatang. Berdasarkan hitungan politik, pilihan pada Jokowi akan lebih menguntungkan karena politikus PDI Perjuangan itu memiliki elektabilitas tinggi dan citra yang baik.

“Karena itu, Partai Demokrat, SBY, dan AHY itu menginginkan diizinkan untuk masuk ke dalam koalisi Jokowi. Sekarang Jokowi merasa perlu tidak untuk memasukkan Partai Demokrat ke dalam koalisinya?" ujarnya.

Namun, Toto menganalisis, AHY masih belum mampu menyumbangkan suara lebih kepada Jokowi. Tidak hanya itu, Toto menambahkan, hal lain yang akan diperimbangkan oleh Jokowi dalam memilih AHY sebagai cawapresnya, yakni partai-partai koalisi lainnya yang telah mendukung Jokowi sejak Pemilu 2014. 

Dia menilai partai koalisi Jokowi akan cemburu bila Partai Demokrat diizinkan masuk ke dalam koalisinya. "Mereka merasa sudah bekerja keras mendukung Jokowi sejak sebelum 2014 akan merasa diperlakukan tidak adil. Sebagai orang Jawa, saya kira Jokowi paham itu," tuturnya.

Karena itu, dia berpendapat, Jokowi akan lebih mempertimbangkan tokoh-tokoh yang sudah nyata memiliki elektabilitas. Tokoh-tokoh tersebut, baik dari partai koalisinya seperti Partai Golkar, PKB, PPP, Nasdem, dan Hanura, maupun tokoh nonpartai. 

“Tokoh di luar partai yang selama ini memiliki citra baik di kancah internasional. Misalnya, Sri Mulyani," tuturnya.

Kendati demikian, Toto menyadari Sri Mulyani memiliki beban masa lalu yang menghambat terkait dengan kasus Century. Ia menambahkan, jika tak memiliki beban masa lalu maka Sri Mulyani berpotensi untuk digandeng Jokowi menjadi cawapres di pilpres 2019.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement