Sabtu 10 Mar 2018 09:05 WIB

Eksklusivitas Mahasiswi Bercadar dan Proaktif Kampus Islam

Membina mahasiswi bercadar bukan berarti mendiskriminasi mereka.

Perempuan tak Bercadar Kini Boleh Masuk Pengadilan di Saudi
Foto:
Wanita bercadar, Wanita memakai cadar (ilustrasi).

Setelah itu, proses pembinaan pun mulai dilakukan. Pembinaan akan dilakukan oleh tim dari LPSI yang juga melibatkan dosen-dosen UAD. Pembinaan yang dilakukan dengan pendekatan edukasi itu akan menyampaikan informasi terkait pakaian yang syar'i menurut Alquran dan hadis. Diharapkan, pembinaan ini dapat memberikan informasi yang komprehensif dan memiliki argumen yang sesuai.

Terkait dengan pengenaan cadar, Anhar pun menekankan, perubahan cara berpakaian harus dimulai dari dorongan diri sendiri. "Sehingga perubahan lebih menyeluruh dan dilakukan dalam kondisi apa pun dan di mana pun," ujar Anhar.

Jangan kaitkan cadar dengan radikalisme

Peristiwa larangan bercadar bagi mahasiswa di UIN Suka karena dikhawatirkan terkait dengan radikalisme membuat Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Cecep Darmawan angkat bicara. Menurut dia, isu radikalisme di Indonesia jangan sampai dikait-kaitkan dengan masalah penggunaan cadar.

"Memang ada stereotipe Barat bahwa seolah-olah cadar adalah stigma terorisme. Ini yang harus kita tolak," ujarnya.

Cecep menuturkan, selama ini masyarakat Indonesia kadang kala termakan isu Barat mengenai cadar yang belum tentu benar.  Menurut Cecep, setiap orang yang memutuskan bercadar mempunyai alasan pribadi. Namun, apabila ada indikasi radikalisme dari pemakai cadar, hal itu merupakan persoalan yang bersangkutan.

Cecep menambahkan, jika memang ada indikasi radikalisme, perlu pembinaan dari kampus. Namun, dia mengingatkan agar kampus tidak menggeneralisasi jika yang bercadar itu identik dengan radikalisme atau gerakan ekstrem. Sebab, di kampus UPI sendiri terdapat mahasiswi bercadar dan tidak menjadi persoalan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement