REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Marniati, Fitriyan Zamzami
Kesepakatan konferensi Komite Urusan Publik Amerika-Israel (AIPAC) mengupayakan merangkul Arab Saudi sebagai sekutu melawan Iran di Timur Tengah mendapat sambutan. Arab Saudi juga ternyata tengah membangun persekutuan serupa.
Hal tersebut tergambar dari kunjungan Putra Mahkota Saudi Muhammad bin Salman ke Inggris, Kamis (8/3). Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Inggris Theresa May, tercapai kesepakatan untuk bekerja sama dalam melawan aktivitas regional Iran yang dinilai membuat Timur Tengah kian tak stabil.
Dilansir Alarabiya, kemarin, May dan Muhammad bin Salman juga sepakat bahwa solusi politik adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri konflik dan penderitaan kemanusiaan di Yaman. Mereka juga menyetujui pentingnya akses kemanusiaan dan komersial tanpa henti di Yaman, termasuk melalui pelabuhan.
Di sela-sela pertemuan itu, Menteri Luar Negeri Saudi Adel el-Jubair juga menyatakan negaranya telah bersepakat dengan Inggris guna menghalau Iran dan menghentikan dukungan negara para Mullah itu terhadap aksi-aksi terorisme.
Pernyataan itu diamini Menteri Luar Negeri Inggris Boris Jhonson yang mengatakan Iran mendestabilkan wilayah Timur Tengah dan berperan secara destruktif dan berbahaya di Yaman. Johnson dan al-Jubeir menyepakati kesepakatan itu di sela-sela kunjungan Pangeran Muhammad bin Salman ke Inggris.
“Kami mendukung upaya-upaya transisional dan dialog politik di Yaman,” kata el-Jubeir di London, kemarin.
Iran langsung bereaksi menangapi kesepakatan Inggris-Saudi tersebut. “Alangkah lucu pejabat Britania mengambil sikap itu mengingat Saudi yang melakukan agresi ke Yaman dan menyebabkan bencana kemanusiaan serta kejahatan perang,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Bahram Qassemi dalam pernyataan resmi yang dilansir kemarin. Sebaliknya, ia mendesak negara-negara di dunia menekan Saudi menghentikan aksi militer mereka di Yaman.
Arab Saudi dan sekutu mereka di Timur Tengah telah melancarkan serangan-serangan udara ke Yaman sejak tahun lalu. Serangan-serangan itu ditujukan guna menghancurkan pemberontakan yang dilancarkan etnis Houthi terhadap Pemerintah Yaman. Iran disebut mendukung persenjataan para pemberontak Houthi.
Posisi serupa dengan peran berbeda juga terjadi di Suriah. Di negara itu, Iran dan Rusia mendukung Presiden Bashar al-Assad melawan para pemberontak yang disokong Arab Saudi, Amerika Serikat, dan sekutu-sekutu mereka. Aksi-aksi militer yang dilakukan Saudi dan sekutunya di Yaman ataupun militer Suriah bersama Iran dan Rusia di Suriah telah menyebabkan timbulnya ribuan korban sipil di kedua negara.
Sebelumnya, dalam konferensi AIPAC yang dimulai sejak Ahad (4/3) di Washington, salah satu dukungan yang diagendakan adalah membantu Israel membatasi pengaruh Iran di Timur Tengah. Ketua Konferensi Presiden Organisasi Yahudi Amerika di AS Stephen Greenberg juga mendesak kelompok lobi pro Israel tersebut mendukung Pangeran Muhammad bin Salman dan pimpinan Uni Emirat Arab dalam memerangi Iran.
Dilansir Aljazirah, Selasa (6/3), Stephen Greenberg mengatakan pada konferensi tahunan yang sedang berlangsung di Washington AS tersebut, dia mengunjungi kedua negara dan didorong oleh para pemimpin UEA untuk mendukung toleransi dan komitmen untuk memerangi terorisme.
Dia juga mendesak pertemuan tersebut untuk mendukung upaya Putra Mahkota Kerajaan Saudi Muhammad bin Salman melakukan transformasi sosial di Arab Saudi. "Perubahan nyata harus didorong," katanya.
Dalam nada tegasnya, Menteri Pendidikan dan Urusan Diaspora Israel Naftali Bennett mengatakan, Israel merupakan negara kuat daripada gabungan semua musuh-musuhnya. Ia menggambarkan, Iran sebagai kepala gurita yang perlu diserang.