Kamis 08 Mar 2018 17:16 WIB

Amien Rais: Capres Tunggal Bunuh Demokrasi

Jika ada calon tunggal, rakyat yang tidak memilih jauh lebih besar dan akan berbahaya

Rep: Amri Amrullah/ Red: Bilal Ramadhan
Amien Rais
Foto: RepublikaTV/Havid Al Vizki
Amien Rais

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politisi Senior Amien Rais mengkritisi sikap pragmatisme partai politik (parpol) jelang pemilihan presiden (pilpres) 2019, yang ikut terkooptasi dengan kekuatan politik besar dan enggan berjuang memperkuat demokrasi.

Mantan Ketua MPR ini menilai sikap pragmatis banyak parpol saat ini secara tidak langsung telah mematikan demokrasi di Indonesia. Dengan menyetujui presidential treshold 20 persen, dan pragmatisme politik hanya ikut pada pilihan calon penguasa.

"Calon tunggal itu berbahaya bisa membunuh demokrasi, jadi yang membunuh demokrasi bukan pemerintah yang otoriter tapi lembaga demokrasi seperti parpol 'emoh' demokrasi," kata Amien Rais dalam acara silaturahmi tokoh menuju pilpres 2019, Kamis (8/3).

Parahnya Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai penjaga gawang justru mengiyakan PT 20 persen ini. Parpol-parpol yang telah pragmatis, menurut Amien membunuh demokrasi dengan meninggalkan semangat perubahannya memilih dikooptasi kekuatan politik besar.

"Kalau calon tunggal nanti muncul yang milih cuman 25 persen, jadi lebih besar rakyat Indonesia yang tidak mau memilih. Ini bisa tidak ada legitimasi dan berbahaya," ujarnya.

Tapi Amien yakin calon tunggal ini tidak akan terwujud di pilpres 2019. Bakal ada poros lain apakah baru atau tidak di luar koalisi gemuk milik pemerintah. Masih ada Gerindra, PKS, PAN, PKB dan Demokrat, mereka akan juga bertanggung jawab menentukan pasangan capres-cawapres selain Joko Widodo.

"Saya yakin tidak ada calon tunggal, kita tidak cukup bodoh untuk diarahkan calon tunggal. Perkara menang kalah itu biar rakyat yang memutuskan," tegas Ketua Majelis Kehormatan Partai Amanat Nasional ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement