Selasa 06 Mar 2018 14:35 WIB

Anies Minta Gedung di Jalan Sudirman-Thamrin Rombak Pagar

Pagar bukan dari beton-beton yang menjulang tinggi.

Rep: Mas Alamil Huda/ Red: Esthi Maharani
Suasana Gedung disertai awan mendung di Kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Rabu (29/11).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Suasana Gedung disertai awan mendung di Kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Rabu (29/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meminta pemilik gedung merombak pagar masing-masing seiring penataan trotoar dan jalan di koridor Sudirman-Thamrin. Anies ingin pagar dibuat lebih soft yang berarti bukan dari beton-beton yang menjulang tinggi.

 

"Buat pagar atau pembatas yang soft, pembatas yang soft itu nanti mereka merancang, ada arsitek-arsiteknya," kata dia di Balai Kota, Selasa (6/3).

 

Anies mencontohkan, pagar atau pembatas soft bisa berasal dari tanaman yang ketinggiannya tidak mudah dilewati tapi tak menghalangi pandangan atau dibuatkan kolam yang lebarnya sulit untuk dilewati. Cara itu, kata dia, lebih memperindah pemandangan seiring penataan jalan dan trotoar di sepanjang koridor Sudirman-Thamrin.

 

"Kita sudah luaskan trotoarnya, jangan sampai di kanan kirinya gedung-gedung dengan benteng-benteng, tembok-tembok yang kokoh, besar, tinggi. Kita ingin membuka suasananya jadi berbeda," ujar dia.

 

Anies mengatakan telah menyampaikan kepada pemilik gedung di sepanjang jalan Sudirman-Thamrin untuk mengubah desain pagar. Desain pagar tak harus sama. Ia menyerahkan sepenuhnya kepada pemilik gedung terkait desain. Yang terpenting, kata Anies, adalah pagar atau pembatas yang terlihat soft.

 

"Rancangan pembatas yang soft itu banyak sekali contohnya. Tinggal kreativitas mereka, tidak usah diseragamkan, biarkan pembatasnya beragam karena itu akan membuat koridornya jadi lebih indah nantinya," katanya.

 

Anies resmi meluncurkan konsep baru penataan jalan dan trotoar Sudirman-Thamrin. Dalam konsep baru ini, Anies merombak konsep awal yang dirancang di era mantan gubernur Djarot Saiful Hidayat yang tidak mengakomodasi pemotor di jalan protokol tersebut.

 

"Saya ingin Sudirman-Thamrin jadi cerminan bahwa Jakarta milik semua. Saya tidak terima rancangan awal karena tidak ada ruang untuk motor," kata dia.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement